Nada-Nada Kunci Inklusivitas

Fotografer: Jeremia Oktaviano

Nada-Nada Kunci Inklusivitas

Oleh: Audie Ferrell

Sabtu (04/03/2023) Petra Christian University (PCU) bersama dengan United Board for Christian Higher Education in Asia (UBCHEA), Program English for Creative Industry (ECI) PCU, Office of Institutional Advancement (OIA) PCU, dan Petra Theatre menampilkan drama musikal bertajuk “11 Questions”. Produksi ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan 100 tahun UBCHEA, sebuah organisasi non-profit yang bertujuan mendukung terwujudnya whole person education di perguruan tinggi kristen Asia. “11 Questions” ditampilkan dua kali di Auditorium Q PCU, melalui matinée pada pukul 13.00 WIB dan evening show di malam hari. Pukul 19.00 WIB, Jeffrey Hendrawan selaku master of ceremony (MC) membuka pementasan malam dengan doa.

Setelah menyanyikan lagu kebangsaan “Indonesia Raya”, rangkaian pementasan dilanjutkan dengan sambutan oleh Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng. selaku Rektor PCU. Ia mensyukuri kembalinya Petra Theatre ke atas panggung setelah tiga tahun hiatus akibat pandemi. “Saya berharap drama musikal ini dapat menginspirasi masyarakat untuk menghormati dan mendukung penyandang disabilitas,” ujar Djwantoro. Dalam kesempatan ini, Prof. Dr. (H.C.) Ir. Rolly Intan, M.A.Sc., Dr.Eng. selaku Direktur Eksekutif Dewan Pengawas Yayasan Perguruan Tinggi Kristen (YPTK) Petra juga turut hadir untuk memberikan apresiasi terhadap dokter yang telah menjadi partner distribusi suplai medis selama pandemi Covid-19. Selepas pementasan “UB Centennial Anthem” oleh PCU Choir, Ricky M. Cheng selaku Presiden Interim dan Executive Vice President UBCHEA turut hadir untuk menyampaikan sambutannya. “Kami percaya tidak ada motor penggerak perubahan yang lebih efektif daripada seni yang menyenangkan indra dan menyentuh hati,” tuturnya.

Ditulis oleh Jessie Monika, S.S. dengan musik oleh Putra Yunior Poela, S.S. dan Yosafat Rannu Leppong, “11 Questions” merupakan hasil produksi ke-12 inisiatif New Play Development (NPD) Petra Theatre. Mengangkat isu inklusivitas, alur cerita drama mengikuti karakter Maya, seorang mahasiswi yang mewawancarai murid difabel untuk proyek kuliahnya. Kegiatan tersebut mempertemukannya dengan Santi, seorang gadis tuna netra, dan Juna, remaja penyandang distrofi otot Duchenne. Sikap Maya yang memperlakukan Santi dan Juna sebagai batu pijakan untuk meraih nilai tinggi pun menyeretnya ke dalam konflik dengan Andie, rekan proyek seangkatan, dan Ms. Christine, guru wali Santi dan Juna.

Lakon utama Maya diperankan Olivia Agatha, S.S., yang merupakan alumni program ECI angkatan 2018. Karakter Andie dan Santi diperankan oleh Emmanuelle Sibarani dan Saranietha Kadang dari program ECI angkatan 2021, sementara Juna diperankan oleh Jason Amadeus Singgih dari program Sistem Informasi Bisnis (SIB) angkatan 2020. Jajaran pemeran dilengkapi Shintia Adiningsih Wigati dari program ECI angkatan 2020 yang berperan sebagai Ms. Christine.

Disabilitas bukanlah penghalang bagi kaum difabel untuk menjalani hidup dengan penuh makna, pencapaian, dan kebahagiaan. Persepsi negatif dan ketidaktahuan mengenai potensi serta kemampuan kaum difabel-lah yang justru acapkali membatasi mereka. Mengajukan pertanyaan merupakan salah satu cara mengikis hal tersebut. Nah, Bagaimana nih Sobat, siap mencari tahu mengenai ekualitas dan inklusivitas?

About the author /