Sustainable Development lewat Penghematan Listrik

By : Helen Setiawan

Rabu, 23 September 2015, Petra Research Week telah memasuki hari ketiga. Pada hari
ketiga ini, ada dua seminar yang diselenggarakan secara berurutan. Seminar yang pertama
membawakan topik : ‘Sustainable Development: Concept and Application in Building’. Seminar
ini dilaksanakan di Ruang Konferensi IV (RK IV) yang terletak di Gedung Radius Prawiro lantai
10 Universitas Kristen Petra (UK Petra). Seminar kali ini dibawakan oleh Ir. Jimmy Priatman,
M. Arch, sebagai pembicara. Beliau sendiri adalah bagian dari tenaga pengajar di Program Studi
Teknik Arsitektur UK Petra dan juga pakar dari green building.

Jimmy mengatakan bahwa sustainable development bukanlah milik teknik saja, tetapi
juga memegang peranan penting dalam perekonomian dan dalam hal yang lainnya. Sustainability
atau berkelanjutan ini perlu mempertimbangkan tiga hal/sisi yaitu, yang pertama adalah sosial
(mencangkup masayarakat sekitar), ekonomi, dan yang terakhir adalah lingkungan global.
Secara sederhana sustainable development adalah pengembangan yang berkelanjutan apakah
sumber daya yang sekarang cukup untuk memenuhi kebutuhan di masa mendatang.

Sebagai contoh, beliau membahas mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di
Jawa Timur yang pusatnya berada di PLTU Tanjung Perak, Surabaya dan PLTU Paiton,
Probolinggo. Kedua PLTU tersebut menghasilkan listrik dari hasil pembakaran batu bara. Ini
membuat PLTU menggunakan sistem sustainable development agar listrik tidak menjadi langka
di masa mendatang. Namun yang perlu diperhatikan, bahwa batu bara adalah bahan yang tidak
dapat didaur ulang. Untuk itu, konsumen juga harus memiliki kesadaran untuk melakukan
penghematan terhadap konsumsi listrik.

Bagaimana cara menghemat listrik tersebut? Dalam seminar ini dibahas bahwa
penghematan listrik dapat dimulai dengan satu langka sederhana yaitu, tidak menggunakan
pendingin ruangan dengan suhu yang rendah. Dengan listrik yang semakin rendah, biaya yang
dikeluarkan pun semakin tinggi, dan begitu pula sebaliknya. Contohnya, konsumen A
menggunakan suhu 26°C dan konsumen B menggunakan suhu 18°C, dengan efek dingin yang
sama, biaya yang dikeluarkan oleh konsumen A lebih rendah 24% daripada konsumen B.
Peserta yang menghadiri acara ini menjadi semakin paham akan kerugian dan
keuntungan dari penggunaan listrik yang berlebihan. Peserta yang awalnya kurang paham akan
dampak dari penggunaan pendingin ruangan atau air conditioner dengan suhu yang rendah, kini
paham akan dampak buruknya. Terutama dalam masalah biaya listrik.

Menurut hasil wawancara dari beberapa mahasiswa/i di Universitas Kristen Petra yang
menghadiri seminar ini, rata-rata motivasi mereka untuk mengikuti acara ini adalah untuk
menambah wawasan dalam studi lainnya. Meskipun jalannya acara dimulai terlambat dan
terdapat beberapa kesalahan seperti mengenai sound system, namun peserta tetap merasa
mendapat pelajaran berguna, misanya Agatha (Manajemen Bisnis – 31415058). Ia mendapatkan
banyak pelajaran dari seminar ini, ia dapat lebih mengetahui ruginya menyalakan air conditioner
dengan suhu yang kecil dapat menambah biaya listrik setiap pemakaiannya.

Nah, bagaimana teman-teman? Berguna sekali kan, seminar hari ini? Bagaimana dengan
seminar di hari terakhir, yaitu tanggal 25 September 2015 mendatang? Tetap ikuti update-nya ya!

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *