Tingkatkan Pemikiran Kritis, Wujudkan Masyarakat Beradab

Fotografer: Vanessa Nelwan

Tingkatkan Pemikiran Kritis, Wujudkan Masyarakat Beradab

Oleh: Winston Sujayaputera

Sebuah kemampuan sederhana dapat menghasilkan dampak yang luar biasa apabila terus diasah secara rutin. Sama halnya dengan keterampilan dalam berdebat. Keterampilan tersebut turut melatih seseorang agar dapat berpikir secara kritis dan mampu memberi sebuah solusi atas kasus yang ada. Sejalan dengan hal tersebut, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Kristen (UK) Petra mengadakan lomba Aku Untuk Indonesia sebagai wadah bagi mahasiswa yang memiliki minat dalam bidang debat berbahasa Inggris. Lomba tahunan ini berlangsung selama dua hari dan diadakan pada Sabtu (23/04/2022) hingga Minggu (24/04/2022) secara daring melalui media Zoom.

Acara dimulai dengan sambutan dari Adeline Ellicia dan Nadya Christabella selaku master of ceremonies (MC). Selanjutnya, Salzabila Musa selaku ketua acara memberikan kata sambutannya. Mengangkat tema “Amelioration a Civilized Society”, Salza ingin masyarakat bersikap lebih kritis demi mewujudkan lingkungan yang maju dan beradab. Salza berharap lomba ini mampu menjadi tempat eksplorasi pemikiran kritis seseorang sepenuhnya terhadap suatu hal, khususnya bagi pecinta debat berbahasa inggris. Dalam rangka mewujudkan harapannya, AUI 2022 mengundang Christopher Tjia Universitas Sanata Dharma dari dan Firsttolia Sugianto dari Universitas Gadjah Mada sebagai juri inti.

Berbeda dengan tahun sebelumnya, panitia mengadakan sesi equity briefing untuk menegaskan adanya peraturan dan ketentuan yang harus benar-benar ditaati oleh peserta. Mengacu pada gaya debat British Parliamentary, setiap ronde terdiri atas empat tim yang masing-masing beranggotakan dua orang. Pada setiap ronde, keempat tim dibagi menjadi dua kubu, yaitu kubu government atau biasa disebut dengan tim pro dan kubu opposition atau biasa disebut dengan tim kontra. Sebelum memulai pertandingan, masing-masing peserta akan diberikan waktu sebanyak lima belas menit untuk merangkai sebuah pidato berdasarkan kubu yang mereka dapatkan. Selanjutnya, debat akan dimulai dari penyampaian pidato oleh tim government dengan batas waktu maksimal selama tujuh menit dua puluh detik dan akan dilanjutkan oleh tim opposition.

Dengan gaya perdebatan ini, masing-masing tim harus menyatukan visi mereka agar mampu bersinergi dan mematahkan opini lawan. Tim dengan argumen terbaik akan mendapatkan poin tertinggi. Poin tersebut harus dikumpulkan sebanyak mungkin agar peserta mampu lolos ke ronde berikutnya. Lomba ini terdiri atas beberapa ronde, salah satunya membahas soal kasus terkait penerimaan siswa yang hanya berdasarkan pada prestasi dan nilai akademik. Dengan kasus yang ada, peserta dipacu untuk memikirkan faktor-faktor eksternal yang dapat menjadi pertimbangan penerimaan siswa. 

Sebagai ketua acara, Salza mengungkapkan kecintaannya yang besar terhadap debat berbahasa Inggris. Menurut Salza, debat berbahasa Inggris bukan hanya sekadar menunjukkan penampilan terbaik seseorang. Dalam berdebat, kita harus tetap mengutamakan prinsip-prinsip yang ada, kesetaraan gender, empati, dan bahkan integritas. Berdiskusi dengan memperhatikan keutamaan-keutamaan menjadi alasan di balik motivasi Salza untuk mengajak orang-orang ikut serta dalam dunia ini. Berkaitan dengan adanya rencana pengembangan acara hingga kancah internasional, Salza membeberkan keinginannya untuk memajukan negara Indonesia terlebih dahulu. Ia bertekad mengasah sikap kritis dari generasi  milenial Indonesia untuk berpartisipasi dalam memajukan dan mengharumkan bangsa Indonesia. 

Seiring perkembangan zaman, masyarakat dituntut untuk bersikap lebih kritis terhadap setiap masalah yang ada. Pemikiran tersebut tentunya akan menghasilkan solusi yang turut memajukan sebuah lingkungan. Oleh karena itu, Sobat GENTA, kita harus rutin berlatih dan mengasah akal budi kita dan berdampak dalam kemajuan negara kita.

About the author /