Merakit Harapan Bagi Penyandang Disabilitas

Fotografer: Vanessa Nelwan

Merakit Harapan Bagi Penyandang Disabilitas

Oleh: Aloisius Thomas Triputra

Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Kristen (UK) Petra, perundungan terhadap anak-anak penyandang disabilitas masih sering terjadi. Padahal, mereka juga memiliki potensi yang sama layaknya anak-anak pada umumnya. Oleh karena itu, BEM UK Petra menggelar kegiatan pengabdian masyarakat bertajuk Meraki. Meraki sendiri berasal dari bahasa Yunani yang berarti melakukan sesuatu dengan jiwa, kreativitas, dan cinta. Acara ini mewadahi mahasiswa UK Petra untuk berdampak bagi anak-anak difabel melalui pembuatan storybook dan audiobook.

Sabtu (06/11/2021), acara ini menggelar technical meeting dan webinar yang ditujukan bagi peserta Meraki. Acara dimulai pukul 09.45 WIB dengan doa dan dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Agnes Bonita Setiawan selaku Ketua Meraki 2021, Widi Santoso Wijanarko selaku Ketua BEM UK Petra, Tonny Stephanus Eoh, S.E., M.A., Ak. selaku Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni (BAKA) UK Petra, serta Agoes Abdoel Rakhman, S.Pd. selaku Direktur Pelaksana Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC) Jakarta. Mengusung tema “Awakening the Believers of Hope”, Agnes menuturkan, “Tema Meraki tahun ini bertujuan agar kita dapat membangun harapan anak-anak difabel bahwa mereka juga berharga dan berguna bagi sekitar.”

Acara kemudian dilanjutkan dengan webinar bertema “Care for Children with Different Abilities yang menghadirkan Watiek Ideo, seorang penulis buku cerita anak. “Ketika membuat cerita, kita bisa menggunakan imajinasi,” ujar Watiek. Selain itu, pembuatan sebuah media juga harus disertai dengan pengetahuan terkait budaya audiens yang akan kita tuju. 

Menurut Watiek, salah satu media yang paling umum digunakan adalah buku. Buku bisa menjadi media yang menyenangkan untuk memberikan edukasi dan semangat bagi anak-anak difabel. Membantu anak mengenali diri, mengasah kreativitas, dan meningkatkan stimulasi bahasa merupakan beberapa contoh manfaat buku bagi anak-anak. Ia menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan buku, antara lain bentuk, segmen, kesesuaian tema, bahasa, visual, dan pesan. Tidak hanya itu, media berupa audio atau audiobook merupakan alternatif lain yang dapat membuat suatu cerita tidak kalah menarik.

Di akhir penyampaian materi, Watiek menceritakan salah satu buku hasil karyanya yang berjudul “Flo si Gadis Bunga”. Buku ini sendiri mengisahkan tentang seorang gadis bernama Flo yang terlahir berbeda secara fisik dari teman-temannya. Cerita dari Watiek ini sekaligus menjadi contoh bagi peserta Meraki dalam pembuatan audiobook ke depannya.

Seusai sesi bersama Watiek, acara dilanjutkan dengan technical meeting peserta Meraki 2021. Victoria Amijaya selaku perwakilan panitia memaparkan standar operasional prosedur (SOP) dan jadwal kegiatan Meraki 2021. Rencananya, acara ini akan berlangsung hingga Januari 2022 mendatang. Acara pun akhirnya ditutup dengan doa oleh master of ceremonies (MC) pada pukul 11.45 WIB.

Terlahir berbeda pasti memiliki tantangan tersendiri. Namun, harus diingat, semua manusia terlahir sederajat dan semartabat. Saling mendukung dan saling menguatkan adalah langkah yang harus kita ambil sebagai sesama manusia. Yuk, terus saling mendukung satu sama lain, Sobat GENTA!

About the author /