Mencintai Diri dengan Menjadi Diri Sendiri

Fotografer: Vanessa Nelwan

Mencintai Diri dengan Menjadi Diri Sendiri

Oleh: Madya Wahyu

Ambisi untuk selalu menjadi yang terbaik terkadang membuat seseorang berusaha terlalu keras. Akibatnya, tak sadar ia telah melampaui batas diri dan bersikap keras pada dirinya sendiri. Menilik hal tersebut, Himpunan Mahasiswa Tax Accounting Universitas Kristen (UK) Petra (Himajaktra) mengadakan seminar bertajuk “Love Yourself: Amour Propre” secara daring melalui media Zoom. Mengangkat tema “Embrace Yourself”, peserta diajak untuk menyadari keunikan diri dan melepaskan sikap menyalahkan diri sendiri.

Sherly Laurencia dan Valencia Yapar selaku master of ceremonies (MC) membuka acara dengan doa pada pukul 10.00 WIB. Lalu, Dr. Yenni Mangoting, S.E., M.Si., Ak. selaku Kepala Program Tax Accounting memberikan kata sambutan. Yenni berpesan kepada peserta untuk berpikir positif dan menerima diri seutuhnya. “Jangan selalu melihat diri dari ekspektasi orang lain. Tuhan menciptakan kita segambar dan serupa dengan-Nya, tinggal cara kita memandang dan menerima diri kita sendiri,” tambahnya. Michelle Leoni selaku ketua acara juga memberikan kata sambutan. “Kiranya melalui seminar ini, peserta dapat menerima kelebihan dan kekurangan, serta mengetahui, kita semua berharga di mata Tuhan dan sesama,” ujarnya. 

Acara pun tiba pada sesi pertama, yaitu talk show yang dipandu oleh Tiffany Rebecca selaku moderator. Talk show ini mengundang pembicara yang merupakan seorang content creator sekaligus entrepreneurship, yaitu Stephanie Dish, B.Com.. Membahas seputar self-love, Stephanie membagikan pengetahuan dan pengalamannya kepada peserta. “Self-love adalah bersyukur dan menerima segala sesuatu yang telah Tuhan beri sebagai identitas diri kita,” tuturnya. Menurut Stephanie, self-love dimulai dengan mengenal diri sendiri dan dapat dilakukan dengan hal yang sederhana. “Merawat diri, olahraga, dan tidur cukup termasuk bentuk self-love yang umum dilakukan,” jelasnya.

Menyoroti standar kecantikan yang merebak di masyarakat, Stephanie berpesan kepada peserta untuk tetap menjadi diri sendiri. “Setiap manusia diciptakan dengan keunikannya masing-masing. Tidak harus menjadi orang lain untuk terlihat sempurna,” ujarnya. Banyak orang menganggap self-love dan selfish merupakan hal yang serupa. Maka sering kali orang mengabaikan self-love hanya karena mereka benci terlihat egois. Ada pula orang yang memang egois tetapi berdalih sebagai self-love. Namun, menurut Stephanie, self-love dan selfish merupakan dua hal yang sangat berbeda. Self-love itu menerima diri seutuhnya tetapi tetap peduli dengan orang lain. Sementara itu, selfish merupakan tindakan membenarkan diri sendiri tanpa menghiraukan orang lain,” tegasnya.

Selanjutnya, Devina Jesslyn selaku moderator memandu sesi kedua, yaitu beauty class oleh Nina Chen, seorang make up artist (MUA). Nina memilih berkecimpung dalam dunia kecantikan karena gemar merias wajah. Pada kesempatan ini, ia membagikan ilmu dan membimbing peserta dalam merias wajah. Nina menekankan, hal yang harus diperhatikan sebelum merias wajah adalah kondisi muka harus bersih. Menurut Nina, seseorang perlu mengenali dirinya dan banyak latihan untuk mendapatkan hasil rias yang sempurna. Di akhir sesi, Nina berpesan, “Kita harus menghargai diri sendiri dan percaya diri. Sebab, saat kita percaya diri, aura diri akan terpancar.”

Standar yang merebak di masyarakat sering kali menimbulkan obsesi diri. Hal itu menjadikan seseorang kehilangan identitas, bahkan bersikap keras pada diri sendiri. Namun, tidak ada manusia yang terlahir sempurna. Oleh karena itu, daripada sibuk meratapi kekurangan, lebih baik mencari cara untuk lebih mencintai diri ya, Sobat GENTA!

About the author /