Demam Investasi, Peluang atau Petaka?

Illustrator: Merry Christin Sutedjo

Demam Investasi, Peluang atau Petaka?

Oleh: Amelia Syatriadi

Pandemi Covid-19 telah memunculkan banyak kebiasaan baru dalam masyarakat. Salah satunya adalah demam investasi yang kini semakin melejit, terutama di kalangan milenial. Merujuk dari Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) per akhir April 2021, jumlah Single Investor Identification (SID) pasar modal Indonesia kini mencapai 5.088.093 investor. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 31,11 persen dari akhir tahun 2020 lalu. Diketahui pula, 57,40 persen dari total investor tersebut berasal dari kalangan milenial yang berusia di bawah 30 tahun. Lantas, apakah Sobat GENTA sendiri pernah terdorong untuk berinvestasi? Benarkah investasi dapat menjadi peluang untuk menjadi kaya? Atau apakah investasi justru menjadi bumerang dan membawa kerugian?

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mengartikan investasi sebagai penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan. Jenis produk investasi sendiri sangatlah beragam, misalnya saham, reksadana, atau bahkan properti. Banyak aplikasi yang kini telah menyediakan layanan investasi secara daring sehingga transaksi dapat dilakukan walau dari rumah saja.

Adanya tren investasi saat ini tentu timbul bukan tanpa alasan. Berdasarkan survei yang diadakan oleh Standard Chartered, generasi milenial menjadi generasi yang paling terdampak secara finansial akibat pandemi Covid-19. Kondisi inilah yang kemudian membuat mereka harus memutar otak untuk mencari penghasilan tambahan, salah satunya lewat investasi. Melihat banyaknya orang di lingkungan sekitar yang mengambil langkah tersebut, kaum milenial pun mengalami krisis kepercayaan diri. Penyebabnya adalah Fear of Missing Out (FOMO) atau perasaan takut untuk ketinggalan. Przybylski, Murayama, DeHaan dan Gladwell mendefinisikan FOMO sebagai ketakutan akan kehilangan momen berharga individu atau kelompok lain, ketika individu tersebut tidak dapat hadir di dalamnya. Dengan kata lain, kaum milenial mudah terpengaruh dengan adanya tren investasi dan mengikutinya hanya agar tidak ketinggalan dari orang lain.

Kendati demikian, fenomena demam investasi ini tidak diikuti dengan pemahaman yang memadai oleh para investor muda. Mereka cenderung mengambil keputusan secara gegabah tanpa mempertimbangkan risiko yang ada. Mereka bahkan tidak melakukan analisis terlebih dahulu sebelum memilih produk investasi. Padahal menurut Kepala Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Kristianti Puji Rahayu, tingkat literasi keuangan generasi milenial memang masih terbilang rendah. 

Kurangnya literasi finansial dapat memicu terjadinya banyak kasus penipuan investasi. Misalnya, penipuan oleh PT Jouska Financial Indonesia (Jouska) pada pertengahan 2020 silam yang banyak menyasar generasi milenial. Jouska awalnya membahas seputar literasi finansial melalui akun media sosial dan kemudian berkembang menjadi perusahaan financial planner. Penipuan bermula ketika Jouska mengarahkan kliennya untuk menandatangani kontrak pengelolaan rekening dana investor (RDI) dengan perusahaan yang berafiliasi dengan mereka, yakni PT Mahesa Strategis Indonesia (MSI). Perjanjian ini memberikan kuasa kepada MSI untuk melakukan penempatan dana klien ke sejumlah portofolio investasi. Namun, Jouska dianggap menyalahgunakan dana tersebut sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi kliennya.

Investasi sejatinya dapat membawa banyak keuntungan jika dilakukan secara bijak dan disertai dengan pemahaman yang matang. Berinvestasi dengan tepat akan meningkatkan nilai aset serta kekayaan yang kita miliki. Tidak hanya itu, Rico Huang selaku Co-Founder dan CEO dari PT Alona Indonesia Raya menjelaskan, investasi sejak dini merupakan salah satu kendaraan untuk meraih kebebasan finansial di masa depan. Menurutnya, kebebasan finansial adalah ketika kita bisa mendapatkan uang secara otomatis tanpa perlu melakukan apapun. Dengan kata lain, pendapatan yang kita miliki telah mencukupi segala kebutuhan untuk hidup tanpa harus aktif bekerja.

Kasus Jouska tadi merupakan satu dari sekian banyak kasus penipuan investasi yang terjadi di Indonesia. Masalah ini muncul karena kurangnya edukasi bagi para investor pemula. Oleh karena itu, setiap investor seharusnya mengenal terlebih dahulu risiko setiap produk investasi sebelum mengambil keputusan. Felicia Putri Tjiasaka, Investment Storyteller di Indonesia juga menekankan dua hal penting yang harus diperhatikan setiap investor.

Pertama, mengetahui tujuan investasi. Setiap orang tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda ketika memutuskan untuk berkecimpung di dunia pasar modal. Tujuan ini dapat berupa untuk mempersiapkan dana pensiun dan dana pendidikan, membeli rumah dan kendaraan, atau bahkan untuk berwisata. Dengan memiliki tujuan yang jelas, kita dapat memilih instrumen investasi yang tepat untuk mencapainya.

Kedua, adalah mengetahui karakter diri. Felicia mengingatkan, tidak ada investasi yang terbaik untuk semua orang. Dalam hal ini, setiap investasi harus disesuaikan dengan pengetahuan dan kemampuan diri masing-masing. Ada orang yang memiliki profil risiko rendah sehingga cenderung mencari produk investasi yang stabil, seperti reksadana pasar uang. Sebaliknya, ada pula orang dengan profil risiko tinggi sehingga lebih memilih produk investasi seperti saham. Dengan demikian, investasi tidak dapat dilakukan hanya karena sekadar ikut-ikutan. Nyatanya, semuanya harus disesuaikan dengan profil setiap investor itu sendiri.

Memulai investasi sejak usia dini memang terkesan bermanfaat. Akan tetapi, langkah yang diambil tentu harus dibekali pemahaman yang memadai mengenai investasi. Sesuaikan instrumen investasi dengan profil risiko dan tujuan masing-masing. Pastikan Sobat berinvestasi bukan hanya karena mengikuti tren yang ada. Jangan sampai peluang investasi ini malah mendatangkan petaka bagi keuangan Sobat. Alih-alih meraup keuntungan, Sobat justru dapat menelan kerugian. Yuk, terus tingkatkan edukasi agar Sobat dapat mengambil langkah yang bijak bagi masa depan!

About the author /