Bukan Sekadar Eulogi: Penantian Sang Insinyur

Illustrator: Nikko Wahyudi

Bukan Sekadar Eulogi: Penantian Sang Insinyur

Oleh: Keren Remaliah Karsa

Dersik menyelimuti luasnya padang, menimbulkan gesekan rumput-rumput, menghasilkan suara. Suara yang meramaikan telinga, seakan membisikkan kabar. Kabar yang datangnya dari sebuah aliran sungai, yang kini diam dan tenang.

Seorang insinyur yang piawai dalam irigasi, hidrolika, bangunan air, hingga tarik suara dinantikan di sana. Bunga-bunga memiliki kebiasaan tidak mekar sebelum dinyanyikannya. Rindu senyumannya, gaya rambutnya yang khas.

Lebih dari dua puluh tahun mengabdi, banyak buah yang dihasilkannya. Bagaikan aliran air terus mengalir, mengairi ladang menjadi subur, dan menghasilkan buah yang manis. Buah yang dinikmati penduduk UK Petra hingga saat ini. Ialah yang akrab disapa ‘Pak Jones’.

Buah manis darinya sudah dirasakan mulai 1989 ketika menjadi Pembantu Rektor Bidang Kemahasiswaan. Mengabdi di posisi tersebut hingga 2002, banyak rintangan dilaluinya. Perjalanannya tidak mudah.

“Awal 1990an,” ucap Roni Anggoro, S.T., M.A.Arch., “Pak Jones menghadapi Lembaga Kemahasiswaan (LK) yang tidak sejalan dengan universitas.” Rekan yang telah bekerja sama dengan Pak Jones selama sembilan tahun setengah ini melanjutkan, “Beliau memutuskan melakukan restrukturisasi, kemudian membentuk LK yang baru setelah pendekatan dengan banyak pihak, baik mahasiswa maupun dosen. Beliau itu tipe yang ‘turun’, bukan hanya yang memerintah dan melihat saja; beliau menjalin relasi dengan baik, mengimpartasikan visi dan tujuan bersama yang didasarkan pada keinginan kuat untuk mendampingi mahasiswa menjadi lulusan yang berintegritas dan berkemampuan kepemimpinan yang melayani.” Alhasil, buah manis dapat dirasakan Petranesian. LK yang terbentuk tidak hanya aktif, tetapi juga harmonis dengan universitas, yang berusaha menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam pelaksanaannya.

Di mata salah satu dosen Servant Leader ini, Pak Jones yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Rektor Bidang Akademik tahun 2006-2009 ini adalah orang yang lembut, tetapi tegas dan berani. “Pertimbangannya banyak, mendalam, bijaksana, dan selalu berfokus pada tujuan yang berdampak positif secara jangka panjang,” ujar Roni. Hal ini terbukti pada 1998, di mana Pak Jones mendukung mahasiswa UK Petra turut bersuara terkait situasi politik saat itu. Keputusan tersebut dibarengi dengan monitor yang ketat, pertimbangan, dan dukungan dari banyak pihak. Tidak hanya itu, pada masa Reformasi pula, Pak Jones mendukung transformasi sistem organisasi Senat Mahasiswa Universitas (SMU) menjadi sistem organisasi Lembaga Kemahasiswaan yang sekarang dikenal dengan istilah LK-KBM.

Beranjak menuju awal 2000an, terjadi perubahan sistem masa orientasi mahasiswa baru. Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) diubah menjadi Program Pengarahan Pengenalan dan Kreativitas Mahasiswa Baru (P3KMABA), kemudian pada 2014 kembali mengalami perubahan menjadi Welcome Grateful Generation (WGG). “Pada awal 2000 juga terbentuk Program Terpadu Pembentukan Integritas Pribadi Mahasiswa Baru (PTPIP MABA),” tambah Roni, mengingat kembali masa ia dipercaya menjadi Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni (BAKA). Saat ini PTPIP MABA dikenal sebagai tutorial etika atau tutorial agama dan hidup bermakna. Masih banyak buah-buah manis lainnya, seperti campur tangannya dalam perkembangan Satuan Kredit Kegiatan Kemahasiswaan (SKKK).

Meskipun banyak buah manis yang dihasilkannya, tidak pernah ada rasa tinggi hati terpancar. Bagaikan padi yang semakin berisi semakin merunduk, itulah yang dirasakan oleh rekan-rekan Pak Jones. Ir. Paulus Nugraha, M.Eng., M.Sc., Rektor UK Petra periode 2001-2009 ketika itu mengajak Pak Jones menjadi Wakil Rektor Bidang Akademik. “Sudah kenal Pak Jones sejak mahasiswa,” ujar Paul, “sama-sama menjadi dosen, mengabdi untuk UK Petra.” Keduanya tidak hanya kenal sebagai rekan kerja, tetapi juga secara personal. Bahkan, keluarga mereka sangat dekat. Paul mengenang memori indah ketika keluarga mereka menghabiskan waktu liburan bersama di Taman Safari. Kenangan indah juga disampaikannya ketika pernah bermain piano untuk mengiringi Pak Jones yang menyanyi ketika berkunjung ke Manado menghadiri pertemuan kepala sekolah SMA pada 2009. Sambil tertawa, Paul juga menceritakan kisahnya semasa melakukan arak-arakan keliling kota dengan becak, bentuk perayaan gelar sarjana Pak Jones. Selebihnya, Paul memandang Pak Jones sebagai pribadi yang berkomitmen, tenang, setia, dan tidak emosional. Meskipun banyak rintangan dan tekanan dihadapinya ketika menjadi wakil rektor, rekan-rekannya tidak pernah melihatnya mengeluarkan emosi negatif. Pria lulusan Teknik Sipil ini justru menjadi sosok pengayom. 

Seusai menjadi Wakil Rektor pada 2009 bersama Paul, Pak Jones kembali menjadi menjadi Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan pada 2009-2018 bersama Prof. Dr. (HC) Rolly Intan, Dr.Eng. “Pak Jones itu seperti Musa,” ujar Rolly, “Musa ditentukan oleh Tuhan untuk memimpin bangsa Israel. Banyak yang iri, tetapi Musa tidak pernah memakai otoritasnya untuk membalas.”

Dahulu ketika Pak Jones masih menjadi pimpinan Rolly, mereka pernah memiliki perbedaan pendapat. Namun, tidak disangka dalam suatu kesempatan Pak Jones malah mendekati Rolly. “Pak Jones tanya, Pak Rolly tinggal di mana, ada yang jemput nggak,” kenang Rolly. Alhasil, ketegangan yang sempat terbentuk kian mencair seiring laju kendaraan Pak Jones yang mengantar Rolly pulang. Momen tersebut menjadi hal yang tidak terlupakan bagi Rolly. 

Rolly memandang Pak Jones sebagai sosok yang lembut hati, rendah hati, serta mampu menempatkan diri sesuai perannya. “Pak Jones mau dipimpin oleh orang yang dia dahulu pimpin,” ucap Rektor UK Petra 2009-2017 ini. Bahkan saat mereka memiliki perbedaan pendapat, Pak Jones selalu menempatkan diri sebagai orang yang tulus mendukung Rolly. “Oh ya nggak papa, Pak Rolly,” adalah kalimat yang membekas hingga saat ini di benak Doktor Honoris Causa dari Dongseo University ini. Pun ketika nantinya mereka bertemu kesulitan saat menggunakan cara pemikiran Rolly, Pak Jones mau ikut membantu mencari penyelesaiannya.

Hal senada diungkapkan Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng. selaku rektor UK Petra periode 2017-2021. Pengendalian diri dan ketenangan Pak Jones yang menghasilkan solusi nyata menjadi teladan mengagumkan bagi Djwantoro. Lebih lagi, kemampuan Pak Jones membangun relasi yang luas terbukti memberi dampak positif. “Saya masih ingat, Pak Jones menemani ketika universitas dalam proses membuka berbagai program studi (prodi) baru dan akreditasi,” kenang Djwantoro. Memperkenalkannya pada banyak pihak turut menjadi cara Pak Jones mendukung rektor universitas. Kehadiran Pak Jones dalam acara-acara sosial seperti gathering selaras dengan sifatnya yang bersahabat, membuka kesempatan lebih lebar untuk mengenal semakin banyak orang. Tidak heran, Pak Jones dikenal baik oleh banyak pihak, termasuk Koordinasi Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis)/Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah VII dan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (DIKTI). 

Bila diibaratkan, Pak Jones layaknya air. Bentuk air selalu mengikuti wadahnya. Air juga mengalir, melewati tantangan seperti batu-batu yang tajam. Namun, air akan terus mengalir lewat celah-celah batu, seperti Pak Jones yang kerap berusaha mencari cara tanpa konfrontasi. Uniknya, apabila air dibiarkan mengalir terus, batu-batu yang semula tajam akan perlahan-lahan terkikis.

Sungai yang diam dan tenang masih menantikan energi. Energi yang mampu membuat aliran dan arus kehidupan. Energi dari mereka yang mampu melanjutkan membangun ekosistem di sekitarnya. Selamat jalan Sang Insinyur, Frederik Jones Syaranamual, M.Eng. Terima kasih untuk kesejukan yang kau pancarkan di UK Petra selama ini.

About the author /