TRASHURE 2024: Seni Memberantas Reja-reja

Reporter: Belinda Averina

TRASHURE 2024: Seni Memberantas Reja-reja

Fotografer : Terrence Cornellius Hadi

Seiring berjalannya waktu, bumi semakin penuh dengan sampah yang dihasilkan masyarakat khususnya sampah anorganik yang sulit diurai. Fenomena pencemaran lingkungan yang kian bermunculan pun berpotensi merugikan masyarakat. Menanggapi kondisi tersebut, Himpunan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV), International Program in Digital Media (IPDM), dan Desain Fashion dan Tekstil (DFT) Petra (Himavistra) menggelar acara Trashure 2024 yang mengusung tema “Trash to Treasure”. 

Tema “Trash to Treasure” sendiri menggambarkan mahasiswa sebagai pemberantas sampah-sampah yang dianggap tidak berguna (trash) menjadi bernilai (treasure). Guna mewujudkan visi tersebut, acara terdiri dari dua segmen yaitu talk show dan workshop. Acara terbuka untuk umum dan berlangsung selama dua hari, Jumat (03/05/2024) hingga Sabtu (04/05/2024). 

Di hari pertama, talk show diadakan secara daring melalui Zoom mulai pukul pukul 13.00 hingga 14.25 WIB. Maria Patricia, S.Ds., alumni DFT angkatan 2019 Petra Christian University (PCU) diundang sebagai pembicara untuk membahas upaya upcycling sebagai salah satu langkah menangkal fast fashion

Fast fashion sendiri merupakan tindakan memproduksi pakaian secara cepat demi mengikuti trend dengan kualitas dan harga yang rendah. Jika trend sudah lewat, pakaian tersebut otomatis dibuang sehingga menyumbang sampah di bumi. Upaya upcycling sendiri merupakan tindakan untuk mengubah barang lama menjadi bahan atau produk dengan nilai lebih tinggi untuk digunakan kembali. Dengan adanya tindakan upcycling, pakaian ataupun barang lama menjadi barang yang memiliki nilai dan bisa dijual. 

Di hari kedua, ada dua workshop yang dilaksanakan di ruang Q.702, Gedung Q PCU. Workshop pertama dibuka dengan kata sambutan dari Mega Ekklesia Putrihadi, S.Sn., M.M. selaku Dewan Perwakilan Kemahasiswaan (DPK). Ia berpesan kepada peserta agar mereka bisa menggunakan alat-alat yang disediakan untuk memaksimalkan kreativitas mereka. Tak lupa, ada sambutan dari Ivan Antonio (DKV, 2021) selaku ketua Himavistra dan Loveina (DFT, 2022) selaku ketua acara Trashure.

Workshop pertama yaitu “Tote It Up”, berlangsung pada pukul 09.00 hingga 13.00 WIB dengan Fardiani, S. Pd., M. M. selaku dosen DFT sebagai pembicara. Fardiani memaparkan materi mengenai pembuatan tote bag dengan teknik embellishment dilanjutkan dengan praktek yang akan dilakukan peserta. Teknik embellishment sendiri merupakan tindakan proses menghiasi sebuah produk fashion  agar menjadi cantik dan anggun. Setiap peserta diberikan kain blacu sebagai bahan dasar tote bag.

Ada juga potongan kain perca yang dibawakan Fardiani agar peserta bebas memilih sesuai kreasi. Sebelum menerapkan teknik embellishment, peserta diberikan waktu untuk menggali konsep tote bag. Bagi Fardiani, tidak ada nilai sempurna dalam seni sehingga peserta boleh membuat tote bag sekreatif mereka. Fardiani juga menyinggung bahwa time management merupakan elemen penting saat kita membuat produk fashion. Konsep harus dipikirkan secara matang agar proses menjahit dan menghias tidak memakan banyak waktu.

Workshop kedua yaitu “Merry Embroidery” bersama Evania Yessica, S. I. K. sebagai pembicara. Workshop berlangsung pada pukul 14.00 hingga 16.30 WIB. Sebelum sesi praktik, Evania menjelaskan hubungan embroidery dan upcycling dimana mereka berdua bisa menambah nilai estetika pada barang polos untuk menaikkan harga jualnya. Memasuki sesi praktik, seluruh peserta diberikan midangan berdiameter 15 cm, jarum, dan benang sulam. 

Peserta telah dihimbau untuk membawa media baik kaos atau material apapun yang bisa dijadikan karya sulaman. Sebelum menyulam, peserta diberikan waktu untuk mencari motif lalu membuat sketsa di atas media yang dieratkan ke midangan. Evania juga mendemonstrasikan cara mengendor dan mengeratkan midangan agar media yang dipakai terbentang sempurna. Dalam seni menyulam, telaten dan sabar menjadi unsur utama. Jika kita tidak sabar, maka hasil karya sulaman tidak bisa indah. 

Tak lupa untuk mengenang memori acara, ada sesi dokumentasi di akhir masing-masing workshop. “Semoga kedepannya mereka [peserta] terpacu untuk melakukan lagi dan bisa menyebarluaskan kalau upcycling itu seru dan menjahit itu nggak susah”, ujar Loveina dalam wawancara.

About the author /