Pentas Studi Teater Rumpun Padi: Membangun Pendidikan, Membangun Generasi

Fotografer: Evandruce Filbert

Pentas Studi Teater Rumpun Padi: Membangun Pendidikan, Membangun Generasi

Oleh: Alvin Ramasurya Wony’s

“Filosofi padi, semakin berisi semakin merunduk. Semakin bertambahnya wawasan, maka semakin peka dan rendah hati.”

Itu adalah jawaban yang diberikan oleh Titania Dewanti, sutradara dari naskah “RT Nol RW Nol” karya Iwan Simatupang yang merupakan salah satu naskah yang dipertunjukkan pada malam Pentas Studi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Teater Rumpun Padi, untuk menjawab pertanyaan dari GENTA tentang alasan dari pemilihan nama Teater Rumpun Padi.

Jumat (09/03/2018), UKM Teater Rumpun Padi mengadakan Pentas Studi di Selasar Gedung P lantai 2 UK Petra. Seperti tahun-tahun sebelumnya, Pentas Studi ini merupakan ajang penampilan perdana anggota baru UKM Teater Rumpun Padi. Dalam Pentas Studi bertajuk “Membangun Pendidikan, Membangun Generasi” ini Teater Rumpun Padi mengangkat dua naskah, yaitu “RT Nol RW Nol” karya Iwan Simatupang dan “Malam Terakhir” karya Marsetio Hariadi, seorang senior Teater Rumpun Padi.

Tema “Membangun Pendidikan, Membangun Generasi” diangkat dengan anggapan bahwa pendidikan bisa membentuk generasi baru. Bukan hanya pendidikan di kampus dan sekolah tetapi juga pendidikan dari kehidupan. “Kehidupan yang tidak kita lihat di sini, kehidupan yang bisa jadi pelajaran agar jadi lebih peka,” ujar Titania.

Malam Pentas Studi 2018 ini dimulai dengan pembawaan lagu oleh Oscar Njo, Alumni Program Studi Desain Komunikasi Visual angkatan 2013. Oscar membawakan lagu “Sampai Jadi Debu” karya Banda Neira dan lagu “Lagu Lelah” karya Sisir Tanah. Kemudian acara dilanjutkan dengan pembacaan puisi berjudul “Titik Terang” karya Josep Nugrahadi oleh Elizabeth Suminar, mahasiswa Program Studi (Prodi) Teknik Industri 2017.

Setelah pembacaan puisi, acara dilanjutkan dengan pementasan “RT Nol RW Nol.” Menurut Titania, naskah ini bercerita tentang bagaimana orang-orang dengan kehidupan yang bisa dikatakan ‘tidak layak’ tetap memilih bertahan hidup dan tidak menyerah pada nasib. Pengangkatan naskah “RT Nol RW Nol” memiliki alasan karena masalah ini masih ada di sekitar kita dan tidak terjamah. Oleh karena itu, pengangkatan naskah ini bertujuan untuk memperkuat lagi kesadaran penonton.

Seusai pementasan “RT Nol RW Nol” berakhir, Elizabeth kembali membawakan sebuah puisi. Dalam penampilannya yang kedua, Elizabeth membacakan puisi yang berjudul “Membahas Dosa” karya Marsetio Hariadi.

Naskah kedua yang berjudul “Malam Terakhir” dipertunjukkan setelah pembacaan puisi oleh Elizabeth. Felicia Luvena, sutradara naskah “Malam Terakhir,” mengatakan bahwa naskah “Malam Terakhir” sekilas memaparkan tentang rakyat kcil yang terus menerus ditindas dan ‘dipaksa’ mengalah demi kepentingan yang katanya untuk kebahagiaan masyarakat di negara ini.

Pertunjukan naskah malam terakhir bukanlah akhir dari Pentas Studi kali ini. Penonton mendapat kesempatan untuk mengikuti diskusi bersama yang diadakan setelah pementasan naskah “Malam Terakhir” berakhir. Dalam diskusi ini, pemain dan penonton dapat saling bertukar pendapat mengenai hal-hal teknis seputar pementasan, maupun mengenai nilai-nilai yang didapat dari pertunjukan.

Dari pementasan, Titania berharap bahwa penonton pertunjukan bisa memetik nilai dari pertunjukan teater. “Harapannya kita ingin memberikan pesan kepada penonton. Khususnya mahasiswa Petra sendiri untuk semakin peka dengan dunia luar, bukan hanya fokus dengan kesibukan di dalam kampus,” papar Titania.

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *