Mengenang Sesama Melalui Alunan Melodi

Fotografer: Calista Marvella

Mengenang Sesama Melalui Alunan Melodi

Oleh: Aloisius Thomas

Untuk mengenang korban pandemi Covid-19, Paduan Suara Universitas Kristen (UK) Petra (Petra Choir) menggelar konser bertajuk “In Memoriam Pro Mortuis Et Vivorum”. Judul konser ini berasal dari bahasa Latin yang memiliki arti, mengenang mereka yang telah wafat dan yang masih hidup. Konser digelar pada Sabtu (30/04/2022) di Auditorium Gedung Q UK Petra. Konser dibuka gratis untuk umum melalui pendaftaran secara daring.

Open gate dibuka pada pukul 18.00 WIB dan konser dimulai pada pukul 18.30 WIB. Terdapat lebih dari lima puluh anggota Petra Choir yang menampilkan total empat belas lagu pada konser ini. “Hal yang paling berat dari pandemi Covid-19 adalah saat kita kehilangan orang-orang yang kita cintai,” ujar Raymond Johan W. selaku pembawa acara. Raymond juga menambahkan, konser ini secara khusus didedikasikan bagi korban pandemi Covid-19 yang telah wafat beserta keluarganya. Berikutnya, Dr. Rudy Setiawan, S.T., M.T. selaku Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UK Petra melanjutkan konser dengan memimpin doa pembuka.

Konser dibuka dengan sebuah puisi berjudul “How Do We Go On” oleh John Mark Green. Lalu, tim Petra Choir membawakan penampilan lagu pertama berjudul “Kyrie Eleison” karya August Söderman. Setelah menampilkan beberapa lagu lainnya, konser dilanjutkan dengan kata sambutan oleh Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng. selaku Rektor UK Petra. “Puji-pujian ini tidak hanya menguatkan dan menghibur hadirin yang sedang berduka, tetapi sekaligus merayakan kehidupan yang sudah Tuhan karuniakan kepada kita,” ucap Djwantoro. Konser ini juga sekaligus mengenang beberapa sivitas akademika UK Petra yang telah berpulang akibat pandemi Covid-19.

Lagu berjudul “Psalm 23”, “God of the Sparrow”, dan “Suaramu Kudengar, Tenanglah Kini Hatiku” melanjutkan konser. Setelah itu, Samuel Soegiarto, S.Th., M.Th. hadir memimpin sesi doa penguatan. Seusai doa, panitia menyebar ke auditorium untuk membagikan buket bunga kepada audiens yang kehilangan seseorang akibat pandemi Covid-19. Kemudian, Evelyn Merrelita membawakan  lagu berjudul “He’s Got the Whole World in His Hands” secara solo. Konser ditutup dengan lagu berjudul “Horane” karya Ko Matsushita. Lagu tersebut diciptakan oleh Matsushita dari rasa empatinya kepada masyarakat Kobe, Jepang yang pada saat itu dilanda musibah. “Kita tahu kita tidak bisa hidup sendiri, terutama ketika mengalami kesusahan,” ujar Aris Sudibyo selaku Konduktor Petra Choir.

Bagi Aris, salah satu lagu yang paling berkesan di konser ini berjudul “Let My Love be Heard”. Aris memaparkan, “Lagu ini dibuat untuk mengenang salah satu anggota paduan suara dari komposer lagu tersebut yang meninggal di Prancis akibat teroris.” Aris juga menjelaskan, lagu ini merupakan salah satu lagu yang paling sulit dibawakan saat konser karena memiliki makna yang dalam, serta pembawaannya yang sulit. “Jangan khawatir karena Tuhan akan selalu bersama kita untuk memberikan kekuatan,” pesannya.

Kedukaan merupakan salah satu hal terberat yang dapat dialami oleh manusia. Sebagai sesama manusia, Sobat perlu berempati untuk memberikan semangat dan penghiburan kepada sesama yang sedang berduka. Sekecil apapun penghiburan dan penguatan yang Sobat berikan akan bermakna besar bagi sesama yang sedang berduka.

About the author /