Fotografer: Vanessa Nelwan
Ketekunan Melatih Diri Berujung Gelar Juara
Oleh: Amelia Syatriadi
Jalan hidup setiap orang memang penuh dengan misteri. Tidak ada yang tahu akan hari esok, begitu pula dengan Nicholaus Karanka Adinugroho. Pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021, ia berhasil menyabet medali emas dalam cabang olahraga wushu nomor taolu duilian. Tak pernah berniat untuk menekuni wushu, kini ia justru meraih prestasi di bidang tersebut. Mari kita simak kisah perjalanannya!
Pria yang kerap disapa Nicho ini pertama kali mengenal wushu saat berusia delapan tahun. Ia bercerita, “Dulu semasa kecil, aku dikenal sebagai anak yang bandel.” Kedua orang tuanya bahkan sempat ingin membujuk Nicho untuk mengikuti berbagai olahraga bela diri, seperti taekwondo dan karate. Namun, mereka khawatir kemampuan tersebut nantinya justru digunakan untuk melukai orang lain. Di sisi lain, kala itu di tahun 2009, salah seorang sepupu Nicho telah terlebih dahulu berkecimpung di dunia wushu. Melihat olahraga ini tak harus selalu menggunakan kontak fisik, Nicho pun diajak oleh tantenya untuk mulai mempelajari wushu. Untuk itu, ia pun kemudian bergabung dengan salah satu tempat pelatihan wushu, yakni Sasana Wushu Yasanis Surabaya.
Menekuni sesuatu yang awalnya tidak ia minati bukanlah hal mudah bagi Nicho. “Di masa awal belajar, aku tidak merasa enjoy sama sekali,” ujarnya. Nicho pun mengaku, ia kerap merasa bosan ketika harus mengikuti latihan yang ada. Meskipun begitu, ia tetap menjalani proses tersebut satu demi satu. Seiring berjalannya waktu, Nicho mulai berpartisipasi dalam berbagai kompetisi wushu mewakili klubnya. Pada tahun 2015, ia berhasil meraih gelar juara pertamanya dalam Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Wushu di Jakarta. Momen ini menjadi titik balik dalam hidupnya. “Oh, ternyata seperti ini rasanya menjadi seorang juara,” tuturnya. Sejak saat itu, Nicho seolah menemukan motivasi untuk terus mendalami olahraga ini dan menorehkan prestasi.
Segala usaha dan kerja keras Nicho tampaknya membuahkan hasil. Setelah melalui serangkaian proses seleksi, lulusan SMA Nation Star Academy ini terpilih untuk mewakili kontingen Jawa Timur dalam ajang PON XX Papua 2021. Mengingat kondisi pandemi yang tak kunjung pulih, ia bersama atlet lainnya diwajibkan untuk menjalani karantina di asrama sejak September 2020. Berbagai persiapan gencar dilakukan demi mendapatkan hasil yang maksimal. Latihan pun semakin intensif setiap harinya terutama ketika memasuki Mei 2021.
Namun, setiap proses pasti memiliki tantangan tersendiri, tak terkecuali bagi Nicho. Selama menghadapi padatnya jadwal latihan, jenuh merupakan musuh utama bagi mahasiswa Program Business Management Universitas Kristen (UK) Petra ini. Selain itu, adanya sistem karantina juga membatasi Nicho untuk bertemu langsung dengan keluarga dan kerabatnya. Latihan yang beruntun juga terkadang membuatnya merasa kelelahan, baik secara fisik maupun mental. Akibatnya, sempat terbesit di pikiran pria yang gemar berolahraga ini untuk menyerah dari mimpinya. “Aku sering banget punya keinginan untuk berhenti. Kalau sudah capek, aku sering bertanya-tanya ke diri sendiri, untuk apa sih aku ikut wushu? Untuk apa aku latihan setiap hari sampai capek? Kenapa aku nggak pergi sama teman-teman aja daripada latihan?” ucapnya kala mengenang kejadian itu.
Kendati demikian, Nicho memilih untuk tetap bertahan hingga saat ini. Meskipun tidak mudah, mahasiswa angkatan 2019 ini senantiasa mengandalkan Tuhan dalam setiap langkahnya. Nicho pun membagikan pengalamannya, “Ketika aku mengharapkan sesuatu tanpa berserah kepada Tuhan, aku tidak mendapatkan apa-apa. Tetapi, berbeda hasilnya jika aku berserah kepada-Nya sambil berusaha.” Tak hanya itu, ketika mengalami keterpurukan, Nicho berusaha untuk mengingat kembali motivasi dan tujuan awalnya. “Kalau memang aku harus melewati proses ini untuk meraih kemenangan, aku pasti akan menjalaninya,” pungkasnya.
Perjuangan dan pengorbanan Nicho rupanya berbuah manis. Berpasangan dengan William Ajinata, keduanya berhasil meraih medali emas pada PON XX Papua 2021 cabang wushu kategori taolu duilian. Dalam cabang olahraga ini, mereka menampilkan koreografi layaknya sedang bertarung satu sama lain dengan menggunakan senjata dan atribut pendukung. Poin penting dalam kompetisi ini adalah meyakinkan juri dan penonton, seolah mereka tengah benar-benar bertarung. Nicho sendiri bersyukur atas pencapaiannya tersebut. Ia tidak menyangka dapat membawa pulang gelar juara, mengingat ini kali pertamanya mengikuti PON.
Keberhasilan Nicho tentu tak lepas dari orang-orang di sekitarnya. Kedua orang tuanya memegang peranan penting dalam membantu Nicho menghadapi masa sulit selama proses latihan. Mereka selalu siap sedia hadir tatkala anaknya menemukan masalah atau sekadar merasa kesal, bosan, dan jenuh. Selain itu, sebagai seorang mahasiswa, Nicho juga mendapat dukungan penuh dari dosen-dosen di UK Petra, terutama dosen walinya.
Seusai melalui perjalanan panjang dalam menghadapi PON XX, Nicho kini sedang fokus untuk rehat dan istirahat. Ia pun mengisi waktu luangnya dengan olahraga seperti futsal, sepak bola, dan bulutangkis. Di masa mendatang, Nicho ingin terus mengasah kemampuannya sehingga lebih maju dari sebelumnya. Ia pun berharap untuk mempertahankan gelar juaranya tersebut.
Setiap orang memiliki target masing-masing dalam hidup. Untuk mencapai hal tersebut, terkadang kita perlu melalui proses panjang yang penuh dengan lika-liku. Sayangnya, tak semua orang mampu bertahan hingga akhir. Di sisi lain, perjuangan dan pengorbanan itu justru dapat mengantarkan Sobat pada hasil yang lebih memuaskan. Dengan demikian, teruslah berusaha dan pertahankan semangat kalian ya, Sobat GENTA!