Gunakan Suara untuk Tingkatkan Kualitas Taman Kota Surabaya

Fotografer: Evandruce Filbert

Gunakan Suara untuk Tingkatkan Kualitas Taman Kota Surabaya

Oleh: Alvin Ramasurya Wony’s

Pernahkah Sobat GENTA berjalan-jalan mengelilingi Taman Kota Surabaya? Taman-taman yang penuh dengan tanaman-tanaman hijau dan bunga-bunga. Saat berkeliling, pernahkah terlintas di pikiran Sobat GENTA mengenai ‘keramahan’ Taman Kota Surabaya kepada teman-teman kita yang memiliki disabilitas tunanetra? Prof. Christina Eviutami Mediastika memikirkan hal ini dan bertekad untuk melakukan penelitian mengenai tingkat keramahan Taman Kota Surabaya kepada tunanetra.

Wanita yang akrab disapa Evi tersebut berkesempatan menyampaikan hasil penelitiannya pada Welcome Dinner 17th Asian University Presidents Forum (AUPF) yang dilaksanakan Selasa lalu (6/11)  di Rumah Dinas Wali Kota Surabaya, Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T..

GENTA mendapatkan kesempatan untuk mengadakan wawancara dengan Evi.

Bermula dari suara-suara bising yang ia dengar di taman-taman Kota Surabaya, Evi mulai bertanya-tanya. Jika dia yang bisa melihat dan mendengar saja terganggu dengan suara-suara yang ada di taman ini, bagaimana dengan orang-orang tunanetra yang mengandalkan pendengaran mereka untuk mengetahui lingkungan sekitar. Dari situlah kemudian Evi melakukan penelitian mengenai bagaimana meningkatkan kualitas taman-taman di Surabaya agar menjadi lebih ramah dikunjungi oleh warga tunanetra.

Dosen Program Studi (prodi) Teknik Arsitektur Universitas Kristen (UK) Petra ini melakukan penelitian dengan mengajak langsung para partisipan untuk merasakan taman kota. 35 orang dengan penglihatan normal dan 35 orang tunanetra yang berusia 15-20 tahun diajak berjalan-jalan mengelilingi taman kota di Surabaya. Setelah itu, para partisipan diajak berdiskusi dan diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan. Tempat-tempat yang sudah pernah diteliti oleh Evi adalah Taman Bungkul, Taman Flora, pedestrian pada monumen Bambu Runcing, dan pedestrian Jalan Raya Darmo.

Dari penelitiannya, ia mengetahui bahwa bunyi-bunyian bisa menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan suatu taman. Suara-suara alam seperti suara air dan suara burung sangat  dinikmati oleh orang-orang yang mengandalkan pendengaran untuk mengetahui kondisi lingkungan sekitar mereka. Dari hasil survei yang dilakukan Evi, ia mendapakan hasil bahwa taman-taman di Surabaya kurang banyak memiliki suara alam. Selain menjadi salah satu faktor penentu kenyamanan, bunyi-bunyian digunakan oleh tunanetra sebagai petunjuk keamanan mereka. Misalnya ketika ada suara-suara kendaraan, mereka tahu kapan harus menghindari atau mendekati.

Christina berencana melanjutkan penelitian yang sudah dilakukannya bersama tim sejak Januari 2017 lalu. Selain taman kota, ia berencana mengembangkan penelitiannya dan juga meneliti pedestrian, mal, dan juga pasar. Dalam Welcome Dinner AUPF 2018 kemarin, ia berharap dapat menemukan rekan kerja yang bisa ikut meneliti topik yang sama.

Tagged with:     , ,

About the author /