Fotografer: Christopher Mathew
Acungkan Medali, Bawa Prestasi Lebih Tinggi
Oleh: Vania Jovita
Suasana tegang mencekam peserta sembari menunggu pengumuman pemenang. Tatkala namanya dibacakan, haru dan bangga seketika menyelimuti raga. Kakinya pun lemas tak kuasa menahan rasa senang dan tidak percaya. Itulah yang dirasakan William Ajinata S.M., peraih dua medali cabang olahraga wushu perwakilan Jawa Timur pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua 2021. Membawa pulang prestasi besar bagi kontingen tempat ia dibesarkan, perjalanan William sebagai atlet wushu tidaklah mudah. Lantas, seperti apa perjuangannya?
Sejak umur lima tahun, William sudah mendalami dunia olahraga sebagai hobinya. “Sedari kecil saya anaknya cenderung aktif, suka Power Rangers, dan suka nonton film kungfu,” William tertawa seraya mengucapkannya. Ketertarikan tersebut mendorongnya untuk mendalami seni bela diri dalam wushu. “Maka, saya mulai dicarikan sasana oleh ibu saya dan kebetulan saya cocok di tempatnya,” ujarnya.
Berawal dari sekadar hobi, alumnus Program Studi Creative Tourism angkatan 2014 Universitas Kristen (UK) Petra ini akhirnya berkesempatan untuk naik ke tingkat yang lebih sulit dan bertanding di berbagai turnamen. William tidak pernah menyangka, dalam selang waktu 6 tahun, ia akhirnya berkecimpung menjadi atlet. Sejak saat itu, ia berhasil mengikuti banyak pertandingan dan membuahkan semakin banyak prestasi.
Salah satu pencapaian terbesarnya adalah menjadi peserta PON XX Papua 2021. Perjalanannya diawali dengan perekrutan oleh pelatihnya seusai PON Jawa Barat 2016. Setelah melalui Kejuaraan Nasional (Kejurnas) Jakarta 2017, William bergabung dengan Puslatda New Normal (PNN) pada 2020. Pelatihan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Jawa Timur ini membiarkan atlet untuk latihan intensif dengan metode karantina. Tidak hanya itu, program pelatihan wushu mendatangkan pelatih khusus dari Tiongkok untuk memaksimalkan performa atlet.
Namun, dalam pelaksanaannya, sebagian besar atlet menghadapi tantangan yang serupa, yaitu tekanan mental. Tepatnya, mereka harus mengatasi rasa bosan dan malas saat dikarantina. Ibarat orang yang dipaksa bekerja, William pun menggambarkan keseharian atlet yang harus menghadapi lelahnya berlatih selepas bangun tidur. Selain itu, program pelatihan yang berat dan cedera lama yang kambuh turut menghambatnya ketika berlatih. Ia menceritakan bagaimana ia berusaha untuk tidak memikirkan tentang cedera yang dialaminya pada saat bertanding di hari kedua. Dengan meyakinkan diri dan memberikan usaha lebih, tantangan-tantangan tersebut menjadi lebih mudah seiring berjalannya waktu. Alhasil, segala latihan yang berat dapat menjadi bekal untuk pertandingan.
Tidak berhenti sampai di situ, saat Pra-PON, kemampuan William sempat dianggap remeh oleh beberapa orang. Meskipun begitu, alumnus SMAK Frateran Surabaya ini justru menjadikan hal tersebut sebagai motivasi untuk membuktikan kemampuannya. “Jadi semisal saya merasa malas, saya suka teringat kembali dengan kejadian Pra-PON tersebut. Nah, karena saya juga nggak mau kejadian tersebut terulang lagi, saya malah jadi tambah semangat buat berlatih,” tutur William.
William bersyukur memiliki banyak sosok yang selalu mendukungnya. Salah satunya, ia tak pernah lupa untuk meminta bimbingan dari Tuhan setiap harinya. Sosok pelatih, teman-teman, hingga juri sendiri turut membantunya dalam berproses. Bila dapat dikemas dalam suatu kalimat, William mengungkapkan, satu kali pertandingan setara dengan enam bulan waktu latihan. Hal ini juga menjadi faktor pendorong baginya untuk menikmati setiap pertandingan sebagai waktu untuk berproses.
Penantian pun sampai pada ujungnya. Mewakili Jawa Timur dalam cabang olahraga wushu, William akhirnya bertanding pada 29 September hingga 3 Oktober 2021 dalam tiga nomor kategori. Ia berhasil menyumbang medali perak dalam kategori perorangan kombinasi nan quan (tinju selatan) dan nan gun (tongkat selatan). Bersama dengan pasangan bertandingnya, Nicholaus Karanka Adinugroho, mereka mendapatkan medali emas dalam kategori berpasangan, yakni taolu duilian.
William mengaku tidak menyangka akan meraih medali emas. Namun, usaha yang berbicara, ia merasa prestasinya dapat dinilai setimpal dengan kerja keras yang ia lalui. Terakhir, pria asli Surabaya ini mengungkapkan rasa syukurnya sambil mengenang perjalanannya sebagai peserta PON tahun ini. Ia berpesan, “Kalau sudah ada satu tujuan, jangan pernah takut untuk mencoba. Nikmati saja prosesnya.”
Prestasi William menjadi sebuah berita sukacita, sekaligus kebanggan bagi UK Petra. Sobat GENTA juga bisa seperti William, kok! Kita semua bak atlet yang sedang mengalahkan tantangan masing-masing. Siapa tahu, Sobat bisa menjadi pencetak rekor selanjutnya, nih!