Fotografer: Sesilia Alexandra
Sumbang Gagasan untuk Departemen Mata Kuliah Umum yang Lebih Baik
Oleh: Clarita Ivone R.
Pelajaran Pancasila dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) didapatkan siswa siswi Indonesia semenjak bangku sekolah dasar hingga mereka berstatus menjadi mahasiswa. Di Universitas Kristen (UK) Petra, kedua mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib. Namun faktanya, banyak ditemukan kasus titip absen di kedua mata kuliah ini. Fenomena ini semakin marak disebabkan oleh aturan 75% kehadiran sebagai syarat mengikuti ujian.
Kondisi ini menggerakan Departemen Mata Kuliah Umum (DMU) UK Petra untuk mengembangkan MKDU agar menjadi pembelajaran yang menarik. Kamis (13/12/2018), bersama dengan Institut Leimena, DMU UK Petra mengadakan Seminar Wawasan Kebangsaan dan Focus Group Discussion (FGD) bersama mahasiswa. FGD bersama dosen akan dilakukan pada Jumat (14/12/2018).
Bertempat di Ruang Konferensi (RK) IV, Seminar Wawasan Kebangsaan dibagi menjadi dua sesi dengan dua topik bahasan yaitu, “Perjalanan Cita-Cita Kebangsaan Indonesia” untuk sesi pertama dan “Peran Pendidikan Tinggi Dalam Pertarungan Ideologi Bangsa” untuk sesi kedua. Sesi pertama dibawakan oleh Drs. Jakob Tobing, MPA, selaku Presiden Institut Leimena. Pada sesi kedua, Prof. Dr. Ir. Djwantoro Hardjito, M.Eng., Rektor UK Petra, turut menemani Jakob dalam membawakan materi. Dosen yang diundang sebagai peserta merupakan dosen MKDU , Dosen Pendamping Kemahasiswaan (DPK), dosen Service Learning (SL), serta pemandu Latihan Keterampilan Mahasiswa-Tingkat Dasar (LKMM-TD).
Dr.Ir.Ekadewi Anggraini Handoyo,M.Sc., ketua DMU UK Petra, mengatakan bahwa seminar ini juga mengundang pengajar Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) Petra. Khusus untuk tingkat SMA, beberapa SMA rekanan UK Petra pun turut diundang untuk hadir. Para pengajar diharapkan dapat menjadi inspirator bagi siswa-siswi mereka agar lebih cinta dan mau berkontribusi bagi negara.
Salah satu pesan yang disampaikan Jakob adalah mengenai bagaimana kita harus berjuang. “Banyak hal yang mesti kita perbaiki kedepan, tapi memang berangkatnya dari bagaimana kita melihat diri sebagai bangsa. Jangan sampai terjatuh,” ujar Jakob.
Kegiatan ini merupakan salah satu wujud upaya perbaikan untuk masa depan bangsa yang lebih baik. Jika pihak pengajar sudah bergerak untuk suatu perubahan, wahai pelajar, apa respon kita ke depan?