Fotografer: Sesilia Alexandra
Jangan Takut Untuk Bersuara Melawan Pelecehan Seksual
Oleh: Patrick Jonathan
Kamis (25/4/2019), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Kristen (UK) Petra kembali mengadakan acara tahunan mereka yaitu Kartini Days. Acara ini bertujuan untuk memperingati hari Kartini yang jatuh pada tanggal 21 April, serta memperjuangkan emansipasi wanita. Untuk tahun ini Kartini Days mengusung tema Unspoken Killer. Tema tersebut diangkat karena maraknya fenomena pelecehan seksual yang korbannya tidak mau bersuara, dan melalui kegiatan ini mahasiswa diajak untuk lebih waspada terhadap pelecehan seksual.
Bertempat di ruang Audio Visual Gedung T (AVT) 501, acara dimulai pada pukul 17.30 WIB. Ada dua pembicara yang hadir dalam acara ini, yaitu Cheryl Tanzil dan Agustina Engry. Cheryl merupakan seorang wartawan, dia membagikan pengalamannya ketika menghadapi pelecehan seksual. Cheryl juga menjelaskan bahwa pelecehan seksual tidak hanya dalam bentuk fisik, tapi juga bisa dalam bentuk verbal. “Jika kalian pernah mengalami pelecehan seksual, life goes on ya. Kalau bisa dilaporkan, laporkan segera. Jika sudah tidak bisa, kalian harus tetap kuat. Hal itu bisa membuat kalian lebih mengerti bagaimana menghadapi situasi yang sama nantinya,” tegas Cheryl.
Acara dilanjutkan dengan seminar oleh pembicara kedua, yaitu Agustina Engry. Agustina sendiri merupakan dosen psikologi dari Universitas Widya Mandala Surabaya. Kali ini Agustina akan menjelaskan dampak pelecehan seksual dari sisi psikologi. Agustina seringkali melihat banyak korban pelecehan seksual selalu disalahkan. Padahal korban pelecehan seksual harusnya dibantu secara psikis, bukan malah disalahkan karena hal tersebut sangat membebani korban, hingga akhirnya tidak berani untuk bersuara. “Jika kalian merasa tidak nyaman, segera bicarakan. Harus berani, jangan takut karena bantuan akan selalu ada,” tegas Agustina.
Ketua panitia Kartini Days, Evelyn Shelfany Cuanda, berharap melalui acara ini mahasiswa dapat memahami bagaimana cara menghadapi pelecehan seksual dengan benar. “Pelecehan seksual bukan masalah siapa yang benar dan siapa yang salah, tapi bagaimana cara kita menangani masalah ini agar tidak terulang di kemudian hari,” ucap Evelyn.