Logo Genta
GENTA Petra Logo

Opera “CARMEN”: Menggoda, Menggelora, Menyentuh

Diterbitkan pada: 28 June 2025 Reporter: Christian Marlon Fotografer: Jason Winarko

Opera “CARMEN”: Menggoda, Menggelora, Menyentuh

Minggu (03/11/2024), Auditorium Gedung Q, Petra Christian University (PCU) menjadi tuan rumah sebuah pertunjukan opera berjudul “CARMEN” karya komposer Prancis, Georges Bizet. Pertunjukan ini merupakan hasil kolaborasi antar Amadeus Enterprise, PCU Choir, PCU Orchestra, Institut Français D’Indonésie (IFI) Surabaya, dan Surabaya Opera Academy. Dihadiri sekitar 300 orang lebih penonton, pertunjukan bernuansa romantis ini berhasil membuat penonton takjub. 

Opera “CARMEN” terdiri dari 4 babak, yang mengisahkan percintaan antara seorang prajurit Prancis bernama Don José (Ganda Charisma Kristi) dengan seorang wanita bernama Carmen (Amabel Beatrice) di kota Seville, Spain tahun 1820an. Kisah mereka bermula di pabrik, ketika Don José mulai tergoda oleh pesona Carmen yang melemparkan bunga kepadanya. Ada pula sosok wanita bernama Micaëla (Ardelia Padma Sawitri) yang juga mencintai Don José.

Suatu ketika, Carmen membuat keributan dengan gadis di pabrik dan dituduh membawa pisau. Pimpinan tentara Spanyol, yakni Kapten Zuniga (Wirawan Cuanda), memerintahkan  Don José untuk mengawasi Carmen yang ditangkap karena terlibat dalam perkelahian. Namun, Don José terbujuk oleh godaan Carmen dan membebaskannya. Alhasil, ia pun dipenjara. Berselang 2 bulan, Zuniga datang untuk mencari Carmen yang membuat Don José cemburu dan berkelahi dengan atasannya itu. Don José pun melarikan diri dan bergabung dengan kaum penyelundup. 

Di perkemahan para penyelundup, Carmen mulai tidak tertarik dengan Don José yang posesif. Mengetahui hal tersebut, Micaëla datang menghampiri José dan menyuruhnya pulang untuk merawat ibunya yang sakit. Pada waktu itulah, Carmen jatuh cinta kepada Matador bernama Escamillo (Jonathan Jedine) yang juga tertarik kepadanya. Diluar arena, Don José menghampiri dan memohon kepada Carmen untuk kembali kepadanya. Namun ia menolak dengan tegas karena Carmen sudah tidak mencintainya. Pertunjukan berakhir dengan tragis ketika Don José yang marah dan putus asa menikam Carmen hingga tewas di hadapan banyak orang.

Jajaran karakter yang memainkan peran opera juga termasuk Frasquita (Vanessa Wijaya) dan Mercédès (Shelomita Amory) sebagai teman dari Carmen, Ada juga kopral Spanish Dragoons Moralès yang dimainkan Farhan Ramadhan. 

Dibalik kesuksesan acara, sosok art directorHeny Janawati, mengungkapkan bahwa kolaborasi ini dilakukan karena memiliki potensi besar apalagi pertunjukan ini merupakan gerakan dari anak muda. Hal ini merujuk kepada banyaknya anak muda yang menonton pertunjukan ini. Heny mengakui bahwa materi opera ini lebih berat dibandingkan dengan pertunjukkan lainnya yang telah ia kerjakan. 

Kehadiran Sandra Vivier (Direktur IFI Surabaya) dalam proses produksi turut mendukung elemen-elemen yang ditampilkan di opera seperti pelafalan bahasa Prancis, vokal, musik, karakteristik dan penghayatan peran. Menurut Heny Janawati, Dahulu kala pertunjukan ini mendapatkan kecaman keras dari penonton karena dianggap vulgar pada 3 Maret 1875. Sekarang, Opera “Carmen” menjadi salah satu pertunjukan tersukses dan wajib untuk ditampilkan setiap tahunnya di setiap teater opera dunia

Heny ingin menyampaikan kepada para penontonnya bahwa tema dan alur cerita Carmen itu tidak jauh dari kehidupan kita sehari-hari. Ia mengatakan bahwa pertunjukan ini bisa dinikmati oleh masyarakat luas, tak terbatas penggemar musik klasik saja. Menanggapi perkembangan seni opera di Indonesia, Heny yakin bahwa Indonesia bisa bersaing dengan negara lain. Selain itu, ia juga berharap penonton yang menyaksikan opera ini dapat menginspirasi dan mendukung perkembangan musik klasik di Indonesia.

Jerome Polin, seorang public figure Indonesia, turut menyaksikan pertunjukan opera ini. “Opera ini ditampilkan dengan sangat baik dan tidak membosankan”, ujarnya dalam wawancara. Ia bahkan terkejut karena pertunjukan ini menggunakan bahasa Prancis sebagai bahasa utama.