Click me

Tawa anak-anak Kampoeng Dolanan di hari Minggu, dekat rel kereta api.

Dolan(an)

Sherlynn Yuwono

Seperti perjalanan sepintas lalu, suara kereta melaju kencang terdengar di antara tawa anak-anak di Kenjeran, Simokerto, Surabaya. Silva dan Ribka (sosok yang membantu kegiatan karang taruna) mengawasi benih-benih bangsa yang riang gembira menghidupkan kembali permainan tradisional Indonesia. Berawal dari gagasan Mustofa Sam pada 13 Desember 2016, Kampoeng Dolanan menjadi wadah revitalisasi permainan tradisional. Menurut sosok yang biasa melakukan roadshow di Tunjungan ini, permainan zaman dulu mangkus menumbuhkan nilai moral kemasyarakatan sekaligus memfasilitasi kegiatan komunikasi transkultural. Meski beberapa kali digerebek oleh polisi, Kampoeng Dolanan tetap mlaku memberikan warna di antara dalan aspal kelabu Surabaya. Selain menyediakan peralatan untuk permainan tradisional, pria dengan sapaan akrab Cak Mus ini juga sering mengadakan pelatihan rancangan mainan dari barang bekas ke berbagai institusi pendidikan.

Cak Mus hendak mengajak salah seorang pengunjung untuk adu lato-lato di Jalan Tunjungan.

Sepasang sepatu dan jalan raya nan sepi.

Situasi anggota Kampoeng Ilmu yang hendak mempersiapkan kegiatan Karang Taruna.

Sekumpulan anak di kegiatan Kampoeng Ilmu, Jalan Tunjungan

Beberapa memilih untuk berlari, tapi seorang anak memilih untuk beralih.

Kotekan lato-lato, dari daerah hingga ke kota

Sekelompok pengendara sepeda di titik Jalan Tunjungan.

berjualan di titik CFD Tugu Pahlawan.

Pengendara motor yang mendorong motornya, serta anak-anak yang bermain bola di titik Jalan Jemur Andayani.

Tulisan Car Free Day (CFD) pada pembatas jalan CFD di titik Jalan Jemur Andayani.

Dalanan

Feilly Valentina

Seorang penjual minuman dengan gerobak penuh es melintasi jalanan sempit nan terik; sumringah dikelilingi pedagang lain yang turut mencari nafkah. Tawa maupun percakapan negosiasi jual beli jajan lumrah terdengar saat Car Free Day (CFD). Setelah terpukul regulasi PPKM, CFD hadir kembali pada 7 November 2021 di berbagai titik di Surabaya. Hal tersebut merupakan peluang bagi banyak orang untuk mengembalikan sumber penghasilan mereka. “Dikembalikannya CFD untuk meningkatkan ekonomi serta menormalisasi kegiatan masyarakat,” tutur Hamid, salah seorang pengawas kegiatan CFD di Surabaya. Ia menitipkan pesan pada generasi muda untuk giat belajar supaya sukses dalam pekerjaan mereka kelak, sebab mencari uang tidak semudah yang dikira. Seiring bertambah ramainya jalan raya, CFD pun makin setia ndandani jejak polusi dari transportasi Surabaya dengan caranya sendiri.

Sekelompok orang melakukan senam pagi di titik Jalan Kupang Indah.

Petugas kebersihan yang membersihkan daerah CFD di titik Jalan Kembang Jepun.

Terjadinya transaksi online dengan pemesanan-pemesanan yang dilakukan pembeli.

Seorang anak yang membantu orang tuanya melakukan pekerjaan dan packing online.

Dodolan

Gabrielle

Tiada teriakan “Obral!” atau pun “Beli tiga gratis satu,” tapi dalam diamnya, pencinta buku tidak asing dengan Kampoeng Ilmu Surabaya. Kehadirannya di Jalan Semarang No. 55 ini telah membantu anak bangsa mendapat fasilitas buku murah meriah. Bahkan tempat ini nantinya juga akan menjadi tempat kepulangan modul rombengan mereka. Karena sering digusur saat masih berupa sekumpulan pedagang depan Stasiun Pasar Turi, naluri mempertahankan mata pencaharian mengumpulkan para pedagang itu ke suatu petakan tanah 2009. Rintisan pekerjaan orang tua, disandingkan dengan didikan agar kelak meneruskan legasi mereka, membuat toko-toko yang ada di sana dikelola turun-temurun dari generasi sebelumnya. Pandemi membuat mereka harus mencari jalan keluar untuk kelangsungan hidup toko mereka. Kini, calon pembeli tidak dibatasi oleh lokasi toko fisik, namun dapat mengakses toko di mana pun melalui aplikasi belanja online yang ada di Indonesia.

Terjadi perubahan saat terjadinya pandemi menjadi toko online dan offline.

Tempat dimana ada aktivitas jual beli buku disertai dengan denah dan penjelasannya.

Hiruk pikuk tawa anak kecil memenuhi lapangan yang ada di Kampoeng Ilmu.

Suasana pasar yang berada di Kampoeng Ilmu dengan tatanan-tatanan buku.

Potret dari Pak Yunus Muhammad, di mana sedang sibuk memperbaiki kipas angin yang hendak dijual.

Pak Yunus yang sedang memperbaiki kipas angin milik salah seorang pelanggannya.

Ndandani

Matthew Sebastian

Berkutat dengan engsel dan mesin di tengah hiruk pikuk Kota Surabaya tidak membuat Yunus Muhammad gentar. Toko Jaya Makmur telah menjadi saksi hidup beliau hampir tiga puluh tahun lamanya. Semua bermula dari hobi memperbaiki barang yang telah Yunus geluti sejak kecil. Hobi masa kecil tersebut beranjak dewasa menjadi toko barang bekas di kawasan Pasar Loak Gembong, Surabaya. Berbagai cobaan dan rintangan telah dihadapinya dengan berani. Berkat kegigihan dan keberanian Yunus, Toko Jaya Makmur dapat menjadi salah satu wadah mengolah barang bekas agar tidak terbuang begitu saja.

Sudut produk kipas angin dinding bekas yang telah diperbaiki oleh Toko Jaya Makmur.

Penampakan dari Toko Jaya Makmur yang menerima perbaikan dan penjualan kipas angin bekas layak pakai.

Salah satu keluarga Pak Yunus yang sedang membantu memperbaiki motor penggerak dari kipas angin bekas.

Salah satu sudut dari sibuknya aktivitas di kawasan Pasar Loak Gembong, Surabaya.

Kipas yang masih layak dipakai meskipun komponen lainnya sudah tidak dapat dipakai.

Pancarona

"Warna, tawa, dan kuas. Sebuah stan..."

/>