Waktu dan Kesinambungan

“Manusia dan alam hadir untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya agar tercipta sebuah kesinambungan di kemudian hari..”

Definisi waktu menurut setiap individu boleh beragam, tetapi satu yang pasti, waktu akan terus berjalan maju. Tak hanya tentang perputaran pagi, siang, sore, dan malam—waktu turut berperan penting dalam terbentuknya ritme kehidupan dari masa ke masa. Masa kini adalah produk dari masa lalu. Seperti itu pula, apa yang terjadi di masa kini akan meninggalkan jejak di masa yang akan datang.
Bersamaan dengan pergantian masa, hubungan antara manusia dan lingkungan pun kian berubah. Kerusakan lingkungan yang diakibatkan oleh oknum tak bertanggung jawab membuat relasi antara keduanya pun mulai renggang. Namun nyatanya, masih terdapat orang-orang yang berperan secara nyata untuk menjaga kesinambungan lingkungan, di antaranya, Waste Recycling Project Surabaya, Alang-Alang, dan Tunas Hijau Indonesia.
Pesatnya globalisasi ternyata juga diikuti dengan fenomena perubahan iklim yang disebabkan oleh polusi atau sampah manusia. Faktanya, Indonesia adalah salah satu penyumbang sampah tertinggi di dunia. Keadaan inilah yang mendorong berdirinya Alang-Alang pada 2019, toko zero waste pertama di Surabaya. Misi utama usaha ini adalah mengajak masyarakat luas untuk memiliki gaya hidup zero waste—suatu prinsip konservasi sumber daya dengan cara produksi dan konsumsi yang bertanggung jawab, tanpa meninggalkan jejak yang merugikan lingkungan. Perwujudan zero waste lifestyle pada era modern ini bersifat fleksibel, bisa disesuaikan dengan kebutuhan dan aksesibilitas setiap individu. Hadirnya Alang-Alang kini membuka tingkat aksesibilitas baru bagi masyarakat Surabaya untuk menjalani zero waste lifestyle.
Selain ramah lingkungan, gaya hidup zero waste tergolong lebih ekonomis menurut Dea, seorang penjaga toko Alang-Alang. Produk seperti peralatan makanan, menstrual cup, dan produk lainnya dapat digunakan kembali, sehingga dibutuhkan sekali pembelian saja. Selain itu, toko ini menjual hasil produksi lokal misalnya makanan dan produk perawatan tubuh, tanpa kemasan sekali pakai. Dengan begitu, Alang-Alang turut membantu perekonomian lokal sekaligus mengurangi sampah. Bekerja sama dengan Bank Sampah Induk Surabaya, Alang-Alang menyediakan waste box guna menampung sampah elektronik dan tekstil untuk diproses sebagaimana mestinya. Selain menjual berbagai produk, Alang-Alang juga memiliki layanan antar barang—yakni Halo Ijo—yang menggunakan sepeda dalam proses pengirimannya. Dari berbagai produk dan layanan yang ada, Alang-Alang tentu berkontribusi pada berkurangnya jejak karbon (carbon waste) masyarakat Surabaya.
Gaya hidup zero waste memang berdampak baik bagi lingkungan. Namun yang disayangkan, fakta yang terjadi di masa kini sebagian besar masih bertolak belakang dengan gaya hidup tersebut. Banyaknya masyarakat yang membuang sampah sembarangan, melatarbelakangi lahirnya Tunas Hijau Indonesia pada tahun 1999. Tunas Hijau Indonesia sendiri merupakan organisasi lingkungan hidup nonprofit yang dilaksanakan oleh anak-anak muda dan bermarkas di Surabaya. Mulai dari membersihkan lingkungan, mengajak masyarakat, dan bersosialisasi di sekolah-sekolah, Tunas Hijau Indonesia melaksanakan kegiatan ini dengan tujuan menciptakan lingkungan hidup yang lebih baik dengan tindakan-tindakan nyata dan proaktif. Hingga saat ini, Tunas Hijau menangani beberapa isu—seperti isu urban atau perkotaan, pedesaan, pendidikan—yang berhubungan dengan lingkungan hidup.
Salah satu bentuk aksi kepedulian Tunas Hijau Indonesia terhadap lingkungan adalah dengan mengadakan kegiatan membersihkan pesisir Tambak Wedi, Surabaya—yang telah dilakukan delapan belas kali sejak Oktober 2020 hingga saat ini. Dalam satu kali kegiatan, relawan dapat mengumpulkan sampah kurang lebih sebanyak ¾ hingga 1 truk. Aksi tersebut juga dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang ketat. Setiap relawan diingatkan untuk selalu memakai maskernya, mengingat COVID-19 yang masih merajalela. Kegiatan ini menjadi salah satu kontribusi Tunas Hijau Indonesia dalam menyadarkan masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan bagi keberlangsungan hidup di masa depan.
Budaya instan seolah menjamur di kalangan milenial saat ini. Di perkotaan, budaya instan menjadi hal yang lumrah terjadi, mulai dari makanan cepat saji hingga penggunaan kantong plastik yang mudah ditemukan di berbagai tempat. Tak hanya itu, sifat konsumtif yang dimiliki oleh masyarakat modern makin memperparah keadaan. Akibatnya, sampah dan limbah plastik makin menumpuk sehingga makin sulit ditangani. Hal itulah yang mendasari Verena bersama beberapa temannya untuk mendirikan Waste Recycling Project (WARP) Surabaya.
Salah satu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berada di Kota Surabaya ini mendaur ulang sampah dan mengolahnya menjadi kerajinan sehingga memiliki nilai ekonomis. Produk yang dihasilkan pun bervariasi dari hiasan, jam dinding, hingga aksesori seperti magnet kulkas dan anting-anting. WARP Surabaya juga hadir dengan program kerja yang bervariasi—seperti workshop dan seminar—guna mengedukasi masyarakat, terutama mengenai daur ulang sampah. Komunitas yang berdiri sejak tahun 2018 ini telah bekerja sama dengan lembaga lain seperti sekolah, universitas, hingga perusahaan untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.
Kehadiran waktu telah menjadi saksi terhadap alam dan perjalanan manusia. WARP Surabaya, Alang-Alang, dan Tunas Hijau Indonesia membuktikan masih ada sekelompok masyarakat yang peduli terhadap keberlangsungan lingkungan hidup. Manusia dan alam merupakan satu kesatuan yang saling berkaitan. Manusia dan alam hadir untuk saling melengkapi satu dengan yang lainnya agar tercipta sebuah kesinambungan di kemudian hari.
×
×