Click me

Pesona Naga Tepi Laut

Vincent Valentino

Langit biru terselimuti awan putih, tenangkan hati yang kelabu. Berseru irama gelombang air laut, sejukkan pikiran dan jasmani yang lesu. Inilah yang dirasakan oleh para pengunjung Klenteng Sanggar Agung yang berlokasi di Kenjeran Park. Klenteng yang juga dikenal dengan nama Klenteng Hong San Tang ini sudah berdiri sejak 1999 dan menjadi destinasi beribadah bagi penduduk lokal maupun yang berasal dari luar area Surabaya. Tidak hanya sebagai tempat ibadah, klenteng yang terkenal karena “Gerbang Naga” nya dijadikan destinasi wisata bagi para pengunjung yang ingin menikmati keindahan area tersebut. Klenteng ini membawa kedamaian dan persatuan karena siapapun dapat memasuki area klenteng meski memiliki latar belakang yang berbeda.

Tersenyum di Bawah Pelangi : Persatuan di dalam Keberagaman

Chris Setiawan

Dalam suku, ras, serta agama, terdapat suatu kesatuan. Kekompakan itu membuat setiap orang mampu menghadapi segala batasan. Dalam kemajemukan masyarakat di segi demografi, geografi, maupun kondisi, selalu ada jalinan kasih yang erat. Himpunan peristiwa itu tersaji menjadi satu rangkaian cerita indahnya keberagaman.

Kisah Rumah Makan Gratis Surabaya, tepatnya berlokasi di Ruko Perumahan Ketintang Residence Surabaya. Rumah makan ini mencerminkan tentang bagaimana sulitnya hidup beriring zaman. Kondisi ekonomi memukul telak beberapa lapisan masyarakat. Sehingga untuk urusan perut pun mereka harus bersusah payah. Adanya Rumah Makan Gratis ini membantu masyarakat mencukupi kebutuhan pangan. Sebagai insan berbudi pekerti, tentunya memaklumi kondisi seperti ini sudah sepatutnya dilakukan. Rumah Makan ini menjadi sepotong kecil dari perilaku bahu-membahu lainnya.

Hadirnya 6 Tempat Ibadah bersebelahan di Royal Residence Surabaya, merupakan kisah positif bagaimana agama bersatu tanpa tumpang tindih dan saling mengungguli. isu pertengkaran nyaris tak terdengar. Malah salam toleransi begitu kuat diantara mereka. Pembangunan yang pertama pada tahun 2015 adalah Masjid Muhajirin dilanjutkan dengan Kapel Santo Yustinus, Gereja Kristen Indonesia, Kelenteng Be Da Miao, Vihara Buddhayana, dan Pura Sakti Raden Wijaya. Intoleransi yang terus berdengung nampaknya tak membuat warga Royal Residence resah dengan keberagaman yang ada. “Cangkrukan yang menjadi sumber kekuatannya di komplek ini,” ujar Henry Oktavianus, Sekretaris Forum Komunikasi Rumah Ibadah (FKRI).

Panti Yestoya memiliki kisah tentang hidup bersama tanpa membeda – bedakan suku, ras, maupun agama diantara mereka semua. “Kita kehilangan banyak orang terdekat, tetapi kita bangkit bersama menjadi satu agar kehilangan itu menjadi kebersamaan.” Tutur Adi, salah satu anak panti asuhan di Surabaya Selatan ini. Adakalanya, rintangan yang datang begitu sulit mereka selesaikan. Belum selesai satu masalah, hadir setumpuk yang lain. Ibarat badai kian menerjang serta petir terus menyambar. Pun begitu, suka-duka mereka menjadi sebuah episentrum. Jika mereka mampu bersatu, berdampingan, dan saling melebur, Bisakah kita?

Fatamorgana

"Ada namun memudar..."

/>