Neo Que Hin (75) dan Mutik (58) adalah pasangan suami istri yang menghuni Kampung Pecinan Tambak Bayan. Berasal dari dua kota yang berlainan, keduanya dipertemukan di Surabaya. Latar belakang budaya yang berbeda pun tidak menjadi penghalang bagi Mutik untuk menjalankan tradisi Tionghoa dalam bersembahyang. Walaupun mungkin mengundang rasa heran, itulah jantung dari kampung ini. Perpaduan adat Jawa dan Tionghoa menjadi keistimewaan yang telah melekat dari rumah ke rumah. Bagaikan dua benda yang saling melengkapi, kedua tradisi ini hidup berdampingan dalam keseharian warga Tambak Bayan.
Di tengah gemerlapnya era modern, Pasar Ndonowati hadir bagaikan pulau kecil yang membawa kembali ke masa lampau. Tradisi bukan sekedar kenangan, tetapi nadi kehidupan yang terus berdenyut. Jajanan pasar, mainan, dan produk tradisional tersaji rapi, memanjakan mata dan membangkitkan kenangan masa kecil. Para penjual dengan keramahan khas Indonesia menyambut pembeli dengan senyuman hangat, mengenakan busana tradisional yang menambah pesona pasar ini. Setiap langkah di pasar ini bagaikan mesin waktu yang menghidupkan kembali nostalgia, terutama bagi para lansia yang merindukan masa muda mereka.