Save Street Child

Berawal dari kepedulian terhadap anak-anak jalanan Surabaya, Ony bersama dengan teman-teman membentuk SSC (Save Street Child) Surabaya. Langkah awal membentuk SSC tidaklah mudah. Tantangannya, seperti anak-anak yang sulit didekati dan ketidakpercayaan orang tua anak-anak tersebut. SSC berfokus pada anak-anak jalanan yang setiap malam berkeliaran di taman-taman kota Surabaya. Tempat awal perintisan SSC adalah Taman Bungkul.
Anak-anak yang berada di Taman Bungkul rata-rata berusia 8-12 tahun. Pada pagi hari mereka bersekolah seperti anak pada umumnya dan pada malam hari mereka mulai berjualan untuk membatu orang tua mereka. Ada beberapa di antara mereka yang putus sekolah. SSC mulai mendekati mereka dengan menawarkan buku bacaan, namun usaha itu tidak berhasil karena anak-anak lebih tertarik berjualan daripada membaca. SSC mencoba cara baru yaitu dengan menawarkan susu gratis, dan hasilnya banyak dari anak-anak yang mulai datang di kegiatan mereka. Hingga saat ini, setiap Jumat dijadikan Hari Jumat Sehat yaitu kegiatan pembagian susu gratis.
Namun kendala SSC masih terus berlanjut. Orang tua anak-anak tersebut menentang kehadiran SSC karena mereka takut anak mereka bergaul dengan orang asing. Mereka juga masih beranggapan, lebih baik anak-anak mereka berjualan untuk mendapatkan uang daripada membaca buku. SSC pun tidak kehabisan akal, mereka mengambil langkah baru yaitu dengan melakukan pendekatan langsung ke orang tua anak-anak tersebut. Perlahan para orang tua mulai mengijinkan anak-anak mereka untuk belajar bersama.
Saat ini, SSC mengadakan kegiatan mulai dari belajar sambil bermain, mengajarkan pelajaran sekolah, dan membaca bagi anak-anak yang belum bisa membaca atau belum lancar membaca. Mereka yang belum bisa membaca disebabkan orang tua tidak mampu menyekolahkan, tetapi menyuruh untuk bekerja. Kegiatan ini berdampak positif, anak-anak jalanan yang tidak bisa membaca, berangsur-angsur mulai dapat membaca.
Setelah merintis SSC selama enam tahun, anak-anak jalanan sekitar Taman Bungkul mulai bergabung dengan sendirinya. Mereka menganggap kakak-kakak pengajar SSC sebagai kakak mereka sendiri sehingga mereka nyaman belajar sambil bermain di organisasi tersebut.
Membuat perubahan terkadang tidak mudah, namun perubahan tidak selalu dimulai dari sesuatu yang besar. Kegiatan yang dilakukan SSC dapat menjadi tolok ukur bahwa stereotip masyarakat terhadap anak jalanan yang kotor, kumal dan kurang berpendidikan ternyata tidak terbukti. Para anak jalanan tersebut ternyata juga memiliki semangat belajar dan kemauan untuk berkembang layaknya anak pada umumnya.
×
×
×