Pelukis Jalanan Taman Bungkul

Jalanan Kota Surabaya sibuk seusai jam kerja. Taman Bungkul mulai dipadati banyak pengunjung. Seorang lelaki mengenakan topi hitam khas seniman, sedang duduk di ujung taman itu. Tangannya sibuk menajamkan pensil, kemudian mulai menggoreskan pensilnya ke atas kertas gambar. Beberapa hasil lukisan yang telah selesai dikerjakan dipajangnya di emperan dekat pohon ia biasa terduduk untuk melukis wajah pelanggannya.
Lukisan-lukisan tersebut merupakan karya Luphuz, pelukis paruh waktu asal Surabaya yang menerapkan talentanya dalam berbagai macam jenis lukisan. Ia adalah salah satu pelukis jalanan yang masih bertahan sampai saat ini. Setiap hari pria berusia tiga puluh tahun ini bekerja di Taman Bungkul mulai dari pukul 18:00.
Berawal dari sebuah hobi, lelaki yang mengaku sebagai seorang pekerja serabutan ini mengembangkan kemampuannya selama 10 tahun. Pertama kali mempublikasikan kerja tangannya kepada masyarakat, ternyata banyak yang menggemari lukisannya, sehingga ia memutuskan untuk menjual karyanya. "Saya dapat menyelesaikan satu lukisan penuh dengan waktu paling lama 30 menit, karena banyaknya order yang masuk," ujar pria berusia 30 tahun itu.
Luphuz dapat membuat lukisan dengan gaya apa saja, seperti silhouette, karikatur, realistis, dan masih banyak lagi. Ia menambahkan, untuk membeli satu buah lukisan dimulai dari harga Rp. 100,000,-. Jika tingkat kerumitannya semakin tinggi maka harga yang ditawarkan juga semakin tinggi.
Pekerjaan ini sudah ia jalani sejak Taman Bungkul diresmikan, yaitu tahun 2007. Hanya bermodal beberapa alat untuk menggambar dan bakat yang dimilikinya, ia bisa membuat suatu karya yang layak untuk dijual. Tak hanya puas menunggu pengunjung taman yang minta untuk digambar raut wajahnya, ia menerima pesanan dengan cara menghubungi lewat akun media sosialnya.
×
×
×