Pementasan Adi Saroh 2024: Tradisi Daerah yang Kreatif, Inovatif dan Histeris

Fotografer: Darrent Valentino

Pementasan Adi Saroh 2024: Tradisi Daerah yang Kreatif, Inovatif dan Histeris

Reporter: Christian Marlon

Rabu (04/12/2024), Napak Tilas Lab Indonesiana menampilkan produksi drama “Adisaroh” di Balai Budaya Kota Surabaya pada pukul 19.00 – 21.00 WIB. Pertunjukan ini bertajuk “Pengakuan Cinta Putri Mataram di Bumi Mangir”. Kisah ini merupakan hasil inkubasi naskah Dapur LTC. Drama ini adalah hasil penyempurnaan Drama Pram dan Babad Ki Ageng Mangir. Malam pertunjukan dibuka oleh Sherly Sinatra selaku moderator yang menyambut jajaran sponsor kegiatan sembari menjelaskan cuplikan film yang akan menjadi proyek selanjutnya.

Pertunjukan dimulai dengan munculnya karakter Ki Ageng Mangir (Soul Esto) yang menjelaskan latar belakang peristiwa. Lalu diikuti dengan munculnya Adisaroh (Arum Purbo) yang diutus oleh rajanya untuk pergi ke Desa Pedukuhan Mangir. Di sana ia bertemu dan jatuh cinta dengan Ki Ageng Mangir. Suatu ketika, saat Adisaroh sedang mengandung, Ki Ageng Mangir pergi untuk melakukan sembah sujud ke Panembahan Senopati (Bagus Indra). 

Namun, sesampainya di situ, Senopati malah membenturkan kepala Ki Ageng Mangir di batu selo gilang lalu menguburkan tubuhnya, sebagian di dalam benteng dan sebagian di luar benteng Mataram. Adisaroh yang mendengar berita itu, akhirnya bersedih dan marah akan kejadian tersebut. 

Syah Laksmi Abadi S.M. selaku produser pertunjukan mengatakan sebanyak 475 tiket habis terjual pada pertunjukan kali ini.  Di antara penonton, sebanyak 75 orang menyaksikan pertunjukan secara luring sementara sisanya menonton secara daring. Beliau berkata bahwa jumlah penonton luring sendiri dibatasi karena jumlah lokasi parkir yang tidak memadai. Panitia yang bekerja dalam pementasan ini sendiri berjumlah 34 orang, termasuk 8 orang aktor. 

Dibalik pertunjukan Adisaroh ini, sosok Yusril Ihza F. A. muncul sebagai sutradara. Beliau melakukan perjalanan untuk mencari jejak peninggalan sejarah Kerajaan Mataram dan Perdikan Desa Mangir. Beliau juga mengikuti lokakarya atas ide karyanya yang bertemakan “Pengakuan Cinta Putri Mataram di Bumi Mangir” di Yayasan Bali Purnati 2024. 

Yusril mengatakan bahwa pertunjukan ini ia tujukan kepada perempuan. “Hari ini perempuan biasanya kurang dalam mendapatkan ruang aman di publik,” ujarnya. Melalui pertunjukan ini, ia ingin menonjolkan perempuan sebagai korban politik dari kerajaannya sendiri. 

Pada akhir acara, beberapa dari penonton memberikan tanggapan bahwa penampilan ini sangat menarik, apalagi dengan munculnya banyak gerakan dan komedi yang ditampilkan pada pertunjukan. Akhir kata, Yusril berpesan bahwa kita sebagai warga desa, warga kota, dan warga Indonesia harus saling menghargai satu sama lain. Tentunya ia juga berpesan bahwa pertunjukan ini mencakup seluruh Indonesia dan ia berharap untuk memajukan kesenian daerah ini ke kancah internasional.

About the author /