Fotografer: Emmeline Naiym
KBM VIII: Hijaukan Lingkungan, Sehatkan Dunia
Reporter: Sheryl Gunawan
Setiap tahunnya, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Petra Christian University (PCU) mengadakan kegiatan sosial yaitu Kampung Binaan Mahasiswa (KBM). Tahun ini, KBM VIII mengusung tema “Ecophilia” yang berarti keinginan dan kemauan untuk melindungi lingkungan sekitar dan masyarakat secara sosial.
Kegiatan dimulai dengan technical meeting pada Rabu (13/11/2024) di PCU. Pelaksanaan kegiatan KBM VIII di Kampung Simomulyo, Surabaya terbagi menjadi 4 shift, dengan 2 shift dalam satu hari (pagi dan siang) pada hari Sabtu (16/11/2024) dan Minggu (17/11/2024). Jumlah kelompok yang mengikuti KBM VIII ada 40 kelompok dengan 5 peserta dalam 1 kelompoknya.
Di Simomulyo, peserta disambut hangat oleh Arnetta Jemima Widodo (Desain Komunikasi Visual, 2023) selaku ketua acara. “Walaupun acara ini hanya berlangsung dua hari, tapi aku berharap dapat berdampak positif untuk jangka lama buat masyarakat yang ikut bantu kegiatannya juga, mendapatkan manfaat dari pelajaran dan kegiatan kita.” ujarnya. Tak lupa, Nyoman Kusuma selaku Ketua RT 09 dan Yaning Mustikaningrum selaku Ibu RT 09 juga memberikan sepatah dua patah kata. “Saya merasa terhormat karena disini sudah tahun keempat Universitas Kristen Petra sudah melaksanakan KBM tahun keempat. Berkat kakak-kakak kalian melaksanakan KBM V hingga terkenal di Asia Pasifik,” ujar Nyoman. Nyoman berharap agar kegiatan ini berkesinambungan dan tetap dilakukan di Kampung Simomulyo.
KBM VIII terdiri dari kegiatan workshop dan bakti sosial. Pada hari Sabtu, kedua shift memiliki kegiatan yang sama, yaitu workshop “Menanam TOGA”. TOGA adalah singkatan dari ‘Tanaman Obat Keluarga’. Sesuai dengan singkatannya, TOGA merupakan obat alami yang dapat mengobati aneka ragam penyakit. Pertama, peserta mencampurkan media tanam (tanah, pupuk, dan sekam) menjadi satu. Lalu, para peserta memasukkan bibit tanaman TOGA dengan tinggi kurang lebih 5 – 10 cm ke dalam pot untuk ditanam menggunakan media tanam yang dicampur di awal. Setelah itu, para peserta menghias pot menggunakan cat.
Di hari Minggu, shift 1 terdiri dari workshop “Crafting Eco Enzyme” yang dibimbing oleh Hardi Utomo S.H., M.H.. Eco-enzyme sendiri merupakan enzim yang dibuat melalui proses fermentasi limbah rumah tangga. Eco-enzyme mempunyai manfaat yang cukup banyak, salah satunya sebagai obat pel lantai. Selain itu, eco-enzyme dapat menghilangkan bau, misalnya pada kotoran hewan peliharaan. Melalui workshop, Hardi menjelaskan proses pembuatan eco-enzyme. Pertama, peserta harus mencuci limbah kulit buah terlebih dahulu. Proses pencucian tersebut penting untuk membersihkan bakteri agar hasil fermentasi menjadi bagus. Kemudian, peserta memasukkan 5 jenis kulit buah ke dalam botol bersama dengan gula aren dan air, sambil menyisakan ruang untuk udara agar bisa memasuki botol.
Pada shift 2, ada workshop “Spoil to Soil” dibimbing oleh Upik Retno Harmini S.ST selaku Ibu RT 17. Setiap kelompok dibagikan mini composter. Upik mengajak peserta untuk membuat kompos dengan komposter tersebut. Pertama, peserta harus memasukkan papan hitam pada composter yang sudah disediakan. Lalu, mereka harus memberikan sekam secara perlahan dan merata pada composter. Selanjutnya, sekam akan disemprot dengan cairan Pupuk Organik Cair (POC) agar lebih lembab. Kemudian, mereka memasukkan kulit sayur di atas sekam dan menyemprot cairan POC kembali. Langkah ini dilakukan secara berulang hingga composter penuh dan sekamnya berada di atas. Perbedaan air berisi POC dengan air biasa adalah air yang berisi POC lebih mempercepat proses pembusukan dibanding air biasa.
Di akhir setiap shift, ada sesi kerja bakti untuk membersihkan lingkungan sekitar kampung dan sesi menghias botol dan mini composter nya agar lebih menarik menggunakan cat dan kuas. Tak lupa, peserta juga memisahkan sampah organik dan anorganik yang terkumpul. Menutupi setiap shift, sesi dokumentasi menjadi kenangan asri untuk KBM VIII dan seluruh peserta yang terlibat.
