Day 3 & Day 4 Prime Time 2025: Transforming Challenges into Opportunities

Fotografer: Darrent Valentino, Ryco Elka

Day 3 & Day 4 Prime Time 2025: Transforming Challenges into Opportunities

Reporter: Christian Marlon, Elin Charolina 

Kamis (06/03/2025) dan Jumat (07/03/2025), dalam rangka membimbing anak muda untuk memulai langkah pertamanya, Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV) dan International Program Digital Media (IPDM) mengadakan pameran kesenian dan talkshow sebagai bagian dari kegiatan Prime Time 2025. Pameran diadakan di di Selasar Lantai 3, Gedung Q, Petra Christian University (PCU) pada pukul 10.00 – 17.00 WIB. Bukanya pameran bertepatan dengan diadakannya acara talkshow yang diikuti oleh mahasiswa lintas jurusan PCU pada pukul 12.00 – 14.15 WIB. 

Kegiatan talkshow ini mengangkat tema “The Designer’s Dilemma: Can AI Replace Us?” dan dimulai dengan sambutan oleh master of ceremonies (MC), Raymond Gunawan (DKV, 2023). Bintang tamu acara ini antara lain Felix Pasila, S.T., M.Sc., Ph.D. selaku direktur Petra Digital Institute (PDI) dan Daniel Iskandar, S.Sn. selaku Asisten Dosen yang juga bekerja di bidang penjurusan advertising

Mengacu pada tema besar Prime Time 2025, yakni “Prologue”, talkshow ini membicarakan bagaimana mahasiswa PCU dapat beradaptasi dengan keberadaan artificial intelligence (AI). Tujuan dari acara ini adalah menyandingkan antara sesi 1 yang berfokus pada kinerja AI dan efektivitas kerja penggunaan AI, dengan sesi 2 yang berfokus pada dunia design and advertising. Tujuan dari talkshow ini adalah mempengaruhi pola pikir, cara kita bertindak, dan menyelesaikan masalah. 

Bertepatan dengan hal itu, ada dua sesi Demo Komunitas pada pameran Prime Time 2025. Sesi 1 dibuka oleh Komunitas Lingkar yang membuat kerajinan transfer paper printing, nail art, dan clay keychain. Komunitas ini mengambil tema esoterism, yang artinya seni penyadaran atau seni yang membuat ekspresi kreatif untuk membentuk pandangan dan tindakan. “Jangan berpacu dengan apa yang sudah ada, kembangkan aja apapun yang bisa,” ujar Pijar Lentera, salah satu mahasiswa seni rupa Universitas Negeri Surabaya (UNESA).

Sesi 2 ditemani oleh Muit Arsa selaku bintang tamu dari Komunitas Koplak yang membawa tema cat akrilik sekaligus melakukan live painting kepada beberapa peserta. Muit sendiri sudah menekuni dunia lukisan selama 30 tahun. “Jika ingin masuk ke bidang seni lukis, kreatifitas harus ditingkatkan, berlatih, karena belajar melukis sama dengan belajar pelajaran lain,” ujar Muit. 

Selanjutnya, pada Jumat (07/03/2025) ada dua demo Komunitas dari Komunitas Metakomik Surabaya yang berfokus pada penciptaan karya orisinal dan pesanan. “Komunitas ini berawal dari sekumpulan komikus-komikus amatir yang ingin membuat komik dan dicetak dalam bentuk fisik,” ujar Afan dan Amri selaku pemateri. Keahlian ini meliputi berbagai macam usaha artistik, termasuk storyboarding, ilustrasi, dan komik. Saat ini, fokus utama dari Metakomik adalah mengembangkan kreasi asli yang memamerkan bakat, ide, dan kisah menarik dari para seniman Indonesia. Metakomik juga menerima jasa pembuatan komik yang dipesan dari berbagai platform baik itu Facebook, Twitter, maupun Instagram. 

Kemudian dilanjutkan dengan demo dari komunitas yang bergerak di bidang game development yang ada di Surabaya. Melalui sesi ini, para mahasiswa tidak hanya dikenalkan dengan industri game serta kegiatan Global Game, melainkan juga berkesempatan untuk mencoba demo game secara langsung di booth. “Yang penasaran bisa langsung mengunjungi booth kami, disitu nanti akan diberitahu bikin game itu gimana sih,” tutur Eric Satrio Wijoyo selaku Ketua Komunitas GADAS. Komunitas GADAS terbuka untuk siapa saja yang tertarik dengan pengembangan game, dari mahasiswa hingga profesional yang ingin mengembangkan keterampilan mereka di bidang ini. Saat ini, GADAS memiliki lebih dari 200 anggota yang aktif berpartisipasi dalam berbagai kegiatan yang diadakan komunitas. Dengan berbagai kegiatan dan program yang dilaksanakan, GADAS berharap dapat membantu memperluas industri game di Surabaya dan sekitarnya.

 


About the author /