Bina Karsa, Jadi Tonggak ‘tuk Berdampak

Fotografer: Volunteer Merajut Asa Bersama YPAC

Bina Karsa, Jadi Tonggak ‘tuk Berdampak

Oleh: Felicia Ongkojoyo

Stigma yang hadir di masyarakat menjadi akar diskriminasi terhadap kaum penyandang disabilitas dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan mereka sulit untuk mendapatkan pekerjaan dan memenuhi kebutuhan hidup. Menyoroti hal tersebut, salah satu kelompok mahasiswa dari Program Strategic Communication (Stratcom) Universitas Kristen (UK) Petra angkatan 2019 mengadakan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) bersama Shangri-La Hotel Surabaya. Berkolaborasi dengan Yayasan Pembinaan Anak Cacat (YPAC), kegiatan ini diharapkan dapat mengubah persepsi masyarakat yang sering meragukan kemampuan penyandang disabilitas. Adapun kegiatan ini merupakan proyek dari mata kuliah CSR yang diambil oleh seluruh mahasiswa Program Stratcom.

Rangkaian kegiatan bertajuk “Merajut Asa Bersama YPAC” ini dilangsungkan secara bertahap sejak Selasa (19/04/2022) hingga Selasa (07/06/2022) silam. Dilaksanakan di gedung YPAC, sekelompok mahasiswa yang terdiri dari Gabriele Tjiphanata, Jeanne Prasetyo, Aurelia Lilian, Alycia Elaine, Dichinta Metta, dan Vanessa Wuryadinata secara langsung membantu anggota komunitas vokasi di YPAC untuk membuat kerajinan tangan menggunakan alat bantu rajut. Mulai dari dasar penggunaan alat rajut, pola dasar merajut, hingga pembuatan produk hasil rajutan dilaksanakan dalam delapan kali pertemuan. Melalui pelatihan ini, peserta diharapkan dapat menciptakan variasi barang yang memiliki nilai jual, sehingga mereka bisa menghasilkan pendapatan dengan bekerja secara mandiri nantinya.

Rabu (08/06/2022) menjadi muara dari rangkaian kegiatan CSR bersama YPAC. Acara pameran yang disponsori oleh Coca Cola ini dapat diakses oleh khalayak umum mulai pukul 09.00 hingga 18.00 WIB. Berlokasi di Hotel Shangri-La, pameran ini menampilkan hasil kerajinan tangan milik penyandang disabilitas dalam naungan YPAC, terutama produk rajutan yang dibuat bersama mahasiswa UK Petra. Ragam kerajinan tangan seperti syal, bandana, keset, wadah permen, dan botol juga dijual selama pameran berlangsung.

Gabriele menceritakan latar belakang ia dan rekannya memilih YPAC sebagai mitra dalam proyek CSR mereka. Yayasan YPAC sendiri membina anak yang menyandang disabilitas intelektual, atau biasa disebut tunagrahita. Walaupun memiliki kekurangan, anak-anak tersebut tetap antusias untuk mengasah kemampuan mereka. “Sama seperti proses merakit benang utuh menjadi suatu barang bernilai, kita ingin menunjukkan kalau asa pun bisa dirajut dengan kesabaran dan ketelitian,” ungkap Gabriele.

Sobat GENTA, CSR sering dianggap sebagai formalitas semata oleh perusahaan. Padahal, intensi yang benar di balik program CSR haruslah didasari oleh rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Terbukti, empati dari mahasiswa dan perusahaan yang terlibat dalam proyek ini mampu menumbuhkan kembali harapan bagi komunitas tunagrahita di YPAC. Sebagai calon pemimpin di masa depan, siapkah Sobat berkomitmen untuk menjalankan kewajiban sosial dengan sepenuh hati?  

About the author /