Semester Genap: Hectic!

Semester Genap: Hectic!

Oleh: Natania Wahyuni T

Intensitas keaktifan media sosial milik Pers Mahasiswa mulai dari website hingga instagram yang tinggi, cukup menggambarkan banyaknya acara yang diadakan semester genap ini oleh berbagai instansi di Universitas Kristen (UK) Petra. Apakah ada suatu urgensi yang besar untuk selalu mengadakan acara? Ya, mungkin kalian semua bisa menjawab “keperluan branding” atau “kita kan ingin membawa dampak”.

Membahas branding dan dampaknya, kebanyakan seminar juga sebagian besar atau total dari pesertanya merupakan mahasiswa UK Petra. Apakah berguna bagi mahasiswa? Wah, jangan ditanya. Angket eval selalu terisi di kolom empat semua kan meski para peserta terlihat bermain handphone atau mengobrol sendiri? Selain itu,  seringkali kita temui seminar-seminar dengan tema serupa dan pengabdian masyarakat yang diadakan di situ-situ saja. Jangan-jangan, yang jadi “pasar” juga itu-itu saja? (Hal ini berbeda konteksnya dengan acara yang berkaitan dengan bidang keilmuan, terutama yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa (HIMA)).

Belum lagi, bila suatu acara diadakan sedemikian rupa dengan segala keterbatasannya, seperti kekurangan peserta, kekurangan dana, dll. Seakan-akan, dipaksakan untuk ada. Kejadian panitia yang harus rugi besar karena acara yang diadakan tak memenuhi target peserta, guest star yang terlalu mahal, biaya sewa mall yang tinggi, atau tim dana yang kurang beruntung sudah bukan kejadian yang bisa dihitung jari lagi.

Kok mau sih?

Saya jadi mulai bingung dengan motivasi besar dibalik pengadaan semua acara ini. Dengan adanya kegiatan wajib Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa Tingkat Dasar (LKMM-TD) yang melatih mahasiswa membuat proposal, terlihat jelas bahwa keterampilan manajemen yang diutamakan di UK Petra adalah mengenai pengadaan suatu acara. Apakah indeks keberhasilan universitas beserta mahasiswanya dilihat dari kuantitas acaranya? Atau daripada mempunyai mahasiswa penghasil karya, universitas lebih mendukung mempunyai mahasiswa yang semuanya berkemampuan menjadi event organizer? Seakan-akan soft skill yang bisa kita dapatkan dari berkuliah hanya bersumber dari kepanitiaan. Lantas, sebagai aktivis pengada acara, apakah juga sudah diseimbangi dengan aktif mengikuti lomba atau acara di luar kampus? Jangan-jangan sebagian besar masih jago kandang!

Hectic-nya acara-acara di semester genap ini juga berarti, hampir keseluruhan mahasiswa sedang mengikuti kepanitiaan. Bahkan, tak menutup kemungkinan ada salah satu dari sobat GENTA yang mengikuti lebih dari satu kepanitiaan, atau bahkan lebih dari dua di semester ini? Bukannya ingin menyalahkan. Tidak ada yang salah sama sekali, sungguh. Siapa tahu bisa meningkatkan kemampuan multi-tasking? Merangkap kepanitiaan atau komunitas tentu boleh-boleh saja asal tahu diri, sampai dimana ambang batas kemampuan mental dan fisik kita bekerja.

Namun dengan banyaknya tanggung jawab yang dipegang, akan ada saatnya kita dihadapkan dengan pilihan-pilihan. Pilihan ini bisa jadi tak hanya terdiri dari beberapa kepanitiaan yang diikuti, tapi juga keluarga, teman, gereja, maupun komunitas lainnya diluar kampus. Semakin meningkatnya kesibukan kita dalam komunitas atau kepanitiaan, waktu yang kita curahkan untuk yang di luar organisasi juga makin berkurang. Atau malah sama saja? Kembali lagi, semua keputusan kembali pada diri kita sendiri. Bagaimanapun, setiap orang bebas menentukan sendiri prioritasnya dan tidak ada seorangpun yang berhak menghakiminya. Tapi bukan berarti kalimat barusan bisa dijadikan alasan untuk lari dari tanggung jawab. Keputusan awal kita untuk mau sibuk harus tetap dipertanggung jawabkan. Hanya sebagai reminder kalau kita bukan sosok yang Maha Hadir. Jadi ketika temanmu seringkali tak bisa hadir dalam rapat maupun hari H acara, mungkin ada yang lebih urgent? Atau mungkin yang diprioritaskan lebih layak diperhatikan? Yang jelas, selalu ada alasan mengapa layak diperjuangkan. Sayangnya, seringkali manusia lupa kalau yang “penting” dan “terdesak” itu sepatutnya berada di urutan pertama. Maka Sobat GENTA harus cermat dalam membagi waktu dan mengetahui kemampuan diri. Jangan sampai menerima semua tawaran kepanitian hanya karena tidak nyaman menolak atau haus akan Credit Point.

Bersangkutan dengan hal ini, saya ingin menunjukkan salah satu kisah Alkitab disini, mengenai Maria dan Marta pada Lukas 10:38-42.

“ Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. 10:39 Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria.  Maria ini duduk dekat kaki  Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, 10:40 sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli,  bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.” 10:41 Tetapi Tuhan menjawabnya: “Marta, Marta, engkau kuatir  dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, 10:42 tetapi hanya satu saja yang perlu. Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya.” “

Poin-poin yang ingin saya tekankan disini adalah :

  1. Marta sibuk sekali melayani
  2. Ia mendekati Yesus dan berkata: “Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku.”

Marta yang dikatakan sibuk sekali menggambarkan kita-kita yang sebagian besar waktunya dicurahkan untuk pelayanan. Sungguh, keinginan untuk mau sibuk untuk orang lain merupakan tindakan yang baik. Namun tentu Tuhan tak menghendaki kita untuk terlalu sibuk. Hal ini yang kadang membuat kita lupa dan mengesampingkan kepentingan lainnya. Bahkan berdoa dalam memulai acara cenderung sebagai formalitas dan tidak dijiwai. Bagaimanapun “Perbuatan tanpa iman adalah  mati”.

Seringkali selain kita lupa akan tercapainya esensi atau tidak, kita juga sering lupa tujuan kita melayani dalam kepanitiaan. Izinkan saya mengutip ayat andalan Lembaga Kemahasiswaan (LK) UK Petra, “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia.”  (Kolose 3:23). Kesibukan yang memakan sebagian besar waktu kita, membuat kita lelah tentunya. Rasa lelah ini yang membuat kita tak tahu diri dalam mengeluh dan lupa akan Tuhan? Sayangnya, sifat manusiawi kita akan terus ada. Dimana tanpa disadari, kita tetap mengumpat dan mengeluh ketika sudah dalam situasi lelah menghadapi masalah. Padahal Tuhan ingin kita melayani dalam sukacita.  Lalu apa esensi dari pelayanan yang kamu perjuangkan, ketika di sisi lain kamu terus-terusan menumpuk dosa? Belum lagi bila kita cenderung menyalahkan orang lain atau keadaan. Seperti yang dilakukan oleh Marta, ke-mau sibukkannya membuatnya menjadi iri melihat saudarinya yang nampak lebih santai darinya.

Ketidakmaksimalan kita dalam bekerja sekaligus tidak tercapainya tujuan yang ujung-ujungnya jadi wacana, justru menghalangi keinginan awal kita untuk menjadi berkat bagi orang lain. Pelayanan yang ingin kita haturkan demi kemuliaan Tuhan malah menjadi tercemar oleh dosa.

Tapi bukan berarti Marta adalah sosok yang buruk. Tak banyak orang yang mau melayani dengan segala kemampuannya. Terbukti kita lihat sendiri di kehidupan kemahasiswaan kita. Akan ada berapa orang mau berkorban meluangkan waktunya untuk tergabung kepanitiaan maupun LK bila tidak ada suatu sistem Credit Point? Masing-masing dari kitapun memiliki perannya sendiri dalam organisasi. Ada Marta yang bertugas melayani segala keperluan Tuhan dan ada Maria yang bertugas menemani Tuhan dan mendengarkannya.

Ya, semoga Sobat GENTA tetap menjadi mahasiswa yang aktif dan pandai menentukan prioritas. Ohya, satu lagi, semoga sibukmu tidak sia-sia!

 

Tagged with:    

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *