Photo Story : Paradoks

Fotografer : All Genta Photographers

Photo Story : Paradoks

Oleh : Veronica Maureen

Pameran Photo Story oleh Pers Mahasiswa berlangsung di Perpustakaan Universitas Kristen (UK) Petra, mulai Senin (2/10/2017) hingga Jumat (20/10/2017) mengangkat tema kaum marginal. Sebanyak 30 foto terpasang merupakan hasil dari total 12 fotografer yang tergabung dalam photo story kali ini. Empat kisah yang diangkat ialah; 1) gaya nusantara, 2) Save Street Child (SSC), 3) penjaga makam Kembang Kuning dan 4) komunitas street art Surabaya merupakan perwujudan dari tema yang diangkat.

“Menampilkan sebuah visual yang bagaimana nantinya dapat membuat sivitas dapat merenungkan kembali untuk lebih bersyukur akan apa yang telah dimiliki dan juga kurangnya kepedulian kita terhadap mereka,” jelas Edward Hartanto, Program Studi Desain Komunikasi Visual (DKV), selaku ketua pelaksana dalam Photo Story kali ini ketika ditanya alasan pemilihan tema tersebut.

Tema dibahas dalam rapat bersama oleh seluruh panitia, kemudian disepakati untuk mengangkat kaum marginal, yang memang seringkali dipandang sebelah mata oleh masyarakat umum. Dari bentuk visual yang ditampilkan dalam photo story kali ini, Edward berharap dapat meningkatkan awareness seluruh sivitas bahwa kenyataannya ada mereka-mereka ini yang kisahnya kemudian diabadikan dalam jepretan foto.

“Paling tidak itu tahu, tapi setelahnya mau bagaimana itu kembali lagi ke kita,” tambah Edward.

Berangkat dari kenyataan sekitar kita yang sering kali dipandang sebelah mata, photo story ke-4 ini juga ingin sedikit mengusik kecenderungan mind set masa kini. Bahwa memperkaya diri saja masih kurang waktu, apalagi membantu orang lain? – Terlebih lagi mereka yang dipandang sebelah mata. 

Paradoks/pa·ra·doks/n pernyataan yang seolah-olah bertentangan (berlawanan) dengan pendapat umum atau kebenaran, tetapi kenyataannya mengandung kebenaran; bersifat paradoks. (KBBI)

Dari tema tersebut, Paradoks menjadi judul dalam photo story kali ini. Bahwa apa yang mereka (baca : kaum marginal) lakukan itu dipandang sebelah mata, dan bahkan sebagai sebuah penyimpangan. Akan tetapi, hal tersebut juga tidak bisa menjadi penilaian mutlak. Apalagi dengan melihat apa yang juga telah mereka perbuat kepada masyarakat. Seperti halnya kaum gaya nusantara yang menyelenggarakan kegiatan sosial bagi yang membutuhkan. Atau penjaga makam yang sebenarnya juga mencari penghidupan dari apa yang mereka lakukan.

Mereka adalah juga manusia yang punya hati dan berdampak bagi orang lain. 

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *