Perempuan Ibu Generasi

Photo by Pers Mahasiswa

Perempuan Ibu Generasi

Oleh : Regina Bella Rosari

Ada sedikit pemandangan yang berbeda di Universitas Kristen (UK) Petra Gedung P lantai dua pada Jumat, 21 April 2017. Biasanya, lantai dua itu longgar, namun, malam itu, tirai hitam menjuntai menutupi beberapa sisi sebagai penanda stage. Beberapa properti sudah tertata rapi pada tempatnya, siap untuk digunakan.

Malam itu, sebuah pentas studi Teaater Rumpun Padi digelar. Pentas Studi Teater Rumpun Padi ini pertama kali digelar semenjak Teater Rumpun Padi berdiri pada tahun 2015. Pentas Studi ialah sebuah pentas perdana bagi anggota-anggota baru Teater Rumpun padi. Pada semester ganjil, anggota-anggota baru menerima berbagai teori serta pelatihan, dan kini saatnya mereka untuk menampilkan apa yang dipelajarinya saat ini. Tidak hanya sekadar menampilkan apa yang dipelajarinya, namun pementasan ini memang dijadwalkan dalam kurikulum.

Pementasan ini benar-benar dipersembahkan oleh semua anggota-anggota baru Teater Rumpun Padi. Mulai dari artistik, tata rias (make-up), pencahayaan (lighting), serta aktor, dilakukan oleh semua anggota baru tanpa terkecuali. Sedangkan para senior pada pementasan ini bertindak sebagai panitia sekaligus pembimbing para anggota baru.

Tepat pukul 19.15, pementasan teater ini dimulai dengan iringan lagu berjudul ‘gombloh’ dari dua orang senior sembari menyambut penonton yang terus berdatangan. Selanjutnya, mereka membuka secara resmi pentas studi berjudul ‘Perempuan Ibu Generasi’. Bertepatan dengan Hari Kartini, judul ini diangkat untuk menunjukkan betapa besar peran perempuan dalam melahirkan dan membentuk generasi yang akan datang. “Perempuan memiliki dampak yang begitu besar dalam hidup sehari-hari. Sayangnya, saat ini masih sering perempuan dianggap rendah dan suaranya tidak didengar. Oleh karena itu, naskah yang dibawakan menggambarkan bahwa perempuan tidak bisa selamanya dianggap remeh,” ungkap Naomi Victoria Eryanto, Ketua Pelaksana Pentas Studi 2017.

Secara garis besar, pementasan studi dibagi menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah monolog dari Abah Tohir, seorang Legenda Srimulat. Di sela-sela bagian pertama dan kedua, ditampilkan pembacaan cerita pendek oleh rekan dari Forum Teater Kampus Surabaya. Selanjutnya, pada bagian kedua ditampilkan teater dengan naskah yang berjudul ‘Kota Tak Berhenti Bernyanyi’ karya Ramatyan Sarjono dan dengan sutradara Maichel Pap. Pada bagian yang ketiga, ditampilkan teater dengan naskah yang berjudul ‘Menanti Tanggal Dua Enam’ karya Marsetio Hariadi dan dengan sutradara Oscar Rajkumar.

Sorak kegembiraan serta tepuk tangan meriah menutup teater yang berjalan sekitar dua setengah jam itu. Usai penampilan naskah teater yang telah dipersiapkan sejak dua bulan sebelumnya ini, acara dilanjutkan dengan sarasehan yaitu acara yang memberikan kesempatan bagi penonton untuk memberi kritik, masukan, dan saran guna pertunjukan teater selanjutnya.

Tagged with:    

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *