Mana Suara Mahasiswa Zaman Now?

Mana Suara Mahasiswa Zaman Now?

Oleh: Natania Wahyuni T

Halo Sobat GENTA! Kali ini kami menghadirkan hal baru yang dapat menjadi wadah kalian untuk berpendapat! Yap, tidak lain adalah rubrik Opini!

Dengan adanya rubrik ini, kalian akan mendapatkan kesempatan untuk menyampaikan pendapat, saran, dan kritik kalian dalam bentuk artikel opini!

Kenapa kami membuat rubrik Opini?

Kami melihat adanya urgensi untuk memberikan wadah bagi Sobat GENTA dalam menyampaikan aspirasi kalian. Sedikit #throwback kita bisa melirik kembali pada masa perjuangan kemerdekaan, masa reformasi hingga masa sekarang yang banyak disebut ‘zaman now’ pemuda/i maupun mahasiswa banyak memberikan kontribusi dalam perkembangan di Indonesia sendiri. Termasuk sebagai pelaku perubahan di Indonesia. Dan yah, salah satu cara kita sebagai mahasiswa untuk dapat ikut ambil bagian dalam sebuah perubahan adalah dengan mengutarakannya!

Melihat ke belakang, para pemuda/i di Indonesia menjadi pelopor pergerakan bangsa Indonesia, baik pra dan pasca kemerdekaan. Salah satunya ialah mempelopori komitmen persatuan bangsa melalui Kongres Pemuda Kedua pada 1928, atau yang lebih dikenal sebagai peristiwa Sumpah Pemuda, yang menghasilkan 3 rumusan cita-cita bangsa Indonesia. Lalu peristiwa Rengasdengklok yang erat kaitannya dengan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 ketika juga melibatkan para pemuda yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk mempercepat proklamasi kemerdekaan. Pada pasca kemerdekaan, tentunya tragedi Trisakti menjadi peristiwa yang tidak terpisahkan dalam titik balik reformasi bangsa dan menghasilkan 4 pahlawan reformasi bangsa. Keempat mahasiswa yang dinobatkan sebagai pahlawan reformasi ialah: Elang Mulia Lesmana, Heri Hertanto, Hafidin Royan, dan Hendriawan Sie. Mereka gugur saat menjalankan aksi damai menyuarakan dan memperjuangkan perubahan bangsa.

Itu beberapa kisah yang bisa kita ingat sebagai contoh peran besar para pemuda/i bagi bangsa. Membuktikan bahwa sudah seharusnya kita sebagai mahasiswa mulai berpikir kritis dan mampu merespon baik kondisi lingkungan maupun berbagai peristiwa yang terjadi. Itulah kontribusi sekecil-kecilnya yang bisa kita berikan bagi perubahan bangsa.

Melihat impian para mahasiswa yang telah diperjuangkan di era-era sebelumnya, apakah mahasiswa masa kini sudah berlaku demikian juga? Dewasa ini, mahasiswa masih ada yang sering mengobrolkan permasalahan negeri, mengenai korupsi, ketidakadilan hukum, kurangnya fasilitas umum, dan lain-lain. Sayangnya, pembahasan ini biasanya berhenti di tongkrongan santai mereka. Ide mahasiswa tidak tersuarakan di forum diskusi mahasiswa maupun media terpercaya lainnya. Masih ada juga mahasiswa yang malas melihat dan beropini mengenai kondisi lingkungan sekitar. Mereka menganggap, suaranya sia-sia serta  tidak memberi manfaat meningkatkan nilai akademiknya di perkuliahan.

Alangkah baiknya respon yang diaktualisasikan tidak dengan cara kekerasan, melainkan tulisan yang bisa disebarkan ke khalayak umum.

Berkaitan dengan hal di atas, saya ingin memunculkan suatu kutipan yang menarik.

“Tiap orang ada zamannya, tiap zaman ada orangnya, tiap generasi ada GENTA-nya.”  Kalimat di atas merupakan pernyataan salah satu mahasiswa aktif Universitas Kristen (UK) Petra program studi (prodi) Teknik Sipil angkatan 2015, Gho Danny Wahyudi. Kutipan ini mengajak kita tak begitu-begitu saja selama hidup. Seseorang punya zamannya, di puncak maupun di bawah.  Puncak ini sebaiknya dimanfaatkan dengan baik untuk jadi ikon di masa itu.

Tiap Orang ada Zamannya, Tiap Zaman ada Orangnya

Seringkali mahasiswa lupa memunculkan diri dan menciptakan sendiri “zamanku”. Rasanya hidup juga konstan diisi dengan sekolah dan aktivitas harian lainnya. Kita tak sadar bahwa yang bisa membentuk kita memberi pengaruh adalah diri kita sendiri, tentunya dengan kontrol Tuhan. Mahasiswa tak bisa terus-menerus berdiam diri menunggu diberi kesempatan. Harus ada keinginan keluar zona nyaman. Masa-masa menjadi mahasiswa seharusnya sudah merupakan waktu yang tepat merevolusi karakter.

Seperti yang dicetuskan Soe Hok Gie, “ Mahasiswa punya banyak ide radikal atau kreatif karena seringkali tidak mengetahui batasan. Batasan ini penting, misalnya aturan, hubungan, dan lain-lain. Tapi bagi orang yang sudah lama berkerja, batasan jadi alasan untuk tidak berani beride. Sementara kalau mahasiswa, idenya utopia, kreatif, dan radikal, yang bahkan bisa mendobrak batasan yang ada,” kita sedang berada dalam masa emas dimana batasan bukanlah halangan dalam beride.

Kepala Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni (BAKA) UK Petra, Roni Anggoro,S.T.,M.A. bahkan pernah menekankan saat Camp Fasilitator 2017, waktu yang tersedia mencari dan menjalankan visi misi kita sangatlah terbatas. Kita sudah tidak mempunyai waktu mencari jati diri, terutama bila kita adalah perempuan yang akan berkeluarga dan sibuk dengan urusan rumah tangga. Begitupun dengan pria, yang akan disibukkan dengan pekerjaan dan berbagai tanggung jawab. Hanyalah waktu kuliah ini yang tersisa bisa digunakan melakukan apa saja yang kita inginkan, asal tidak merugikan orang lain.

Bagaimanapun, pemuda hari ini adalah pemimpin bangsa di masa depan. Jika hari ini dunia pendidikan cuma memproduksi ‘robot-robot bernyawa’, masa depan bangsa akan jauh dari kreativitas dan berdaya. Jika hari ini kampus hanya menghasilkan sarjana yang pandai beretorika, kebangkitan bangsa Indonesia hanya akan berkutat dalam wacana. Kepasifan mahasiswa sedang menjadi problema masa kini. Bila problema ini menjadi kebiasaan, lalu siapa yang akan menjadi gambaran mahasiswa masa kini?

Tiap Generasi ada Genta-nya

Genta yang merupakan alat isyarat bunyi-bunyian atau yang biasa kita sebut lonceng, diwakilkan para fungsionaris Pers Mahasiswa Universitas Kristen (UK) Petra. Pers Mahasiswa yang selama ini bertugas memberitakan hal-hal yang berkaitan dengan kampus, rajin membuka mata pada problem nyata di kampus dan mengusutnya di “Mang Bisu”.

Kali ini, Pers Mahasiswa membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi mahasiswa umum untuk menyuarakan opini dan pikiran kritisnya mengenai kampus maupun lingkungan sekitar kita. “Dari Mahasiswa untuk Mahasiswa”, slogan inilah yang ingin diusung dalam eksistensi rubrik opini, dimana website Genta berfungsi sebagai perantara agar suara mahasiswa sampai ke sivitas. Terbukanya rubrik opini yang bernama “25 Jam Berkomentar” kali ini memberi kesempatan bagi semua mahasiswa UK Petra mencoba dan memberanikan diri bersuara tentang apapun asal didukung juga dengan data yang kredibel 25 jam non-stop!

Tak harus menjadi fungsionaris PERSMA untuk berkarya. Sobat GENTA juga bisa! Tetap beraksi, fokus, dan mengedepankan intelektualitas sebagai kekuatan kita. Mahasiswa tak lagi bertindak dengan senjata yang sesungguhnya, melainkan dengan kata-kata yang keluar dari kemurnian hati dan kejujuran sebagai senjata masa kini. Janganlah kita membungkam diri, dimana kebebasan beropini sudah terbuka lebar di Indonesia. Siapa tahu ide nyeleneh kita malah bisa memberi dampak positif bagi orang lain.

Tunggu apalagi, Sobat GENTA? Tuangkan ide kritismu di rubrik opini Genta. Jadilah mahasiswa aktif dan bersuara!

Tagged with:    

About the author /


Post your comments

Your email address will not be published. Required fields are marked *